KIDUNG BASA DJAWI TENGAHAN

KIDUNG BASA DJAWI TENGAHAN
            Bahasa Jawa Kuna hanya digunakan sampai ke jaman Kerajaan Singasari. Bahasa Jawa Tengahan muncul ketika berdirinya Kerajaan Majapahit. Pada jaman Kerajaan Majapahit, orang-orang banyak yang tidak paham dengan bahasa jawa kuna karena bahasa jawa tengahan sudah menjadi bahasa umum dan bahasa pemerintahan.
            Hasil Karya pada Jaman Tengahan berupa Kidung, bersamaan dengan munclnya tembang macapat. Dalam Kidung bahasa jawa Tengahan ada yang melestarikan sekar ageng dan sekar kawi, tetapi tidak mengikuti aturan guru lagu karena sangat sulit, yang diikuti  hanya banyaknya “wanda” didalam “sapada-lingsa”. Contoh hasil karyanya adalah Serat Dewa-rutji dan Serat Suluk Sukarsa.
42.              Dewa-rutji, mawi sekar
Dalam Serat Dewa-rutji menggunakan bahasa Jawa Tengahan, tetapi penggabungannya masih melesterikan cara Jawa Kuna, menggunakan “ Sekar ageng ingkang sampun nilar guru lagu ”.
Dalam Serat Dewa-rutji mengandung cerita tentang Sang Bima yang pergi ke laut dan menceburkan diri ke laut. Di laut Sang bima bertemu dengan naga Nabat-nawa, lalu berperang dengan Sang Bima, naganya kalah dan mati. Sang Bima pergi ke sebuah pulau dan disana bertemu dengan Dewa-rutji, dan Raden Wrekudara disuruh untuk masuk ke gua tempat Dewa-rutji dan diberi pengertian yang bemacam-macam serta nasihat.
Yang membuat Serat Dewa-rutji tidak diketahui, tetapi dilihat dari bahasanya sudah termasuk muda.
0 Responses

Posting Komentar