deskripsi kaputakan jawa

KAPUSTAKAN JAWA
            Yang disebut kapustakaan Jawa, yaitu tulisan-tulisan cerita, dongeng-dongeng yang memakai bahasa Jawa. Pada tahun 1884 DR BRANDES menerangkan bahwa bangsa-bangsa Austronesia pada zaman kuno disebutkan bahwa berbahasa satu. Pada tahun 1889 DR H, KERN menyatakan bab penataan bahasa sampai bisa menerangkan asal-usul bangsa Austronesia, di tanah Tjempa, yang nantinya akan masuk tanah Indo-Cina.
            Umumnya aksara Jawa yang sampai saat ini masih terpakai, pada zaman dulu bahasa Indu dan Sansekerta yang digunakan untuk menulis tulisan-tulisan yang berkaitan dengan perdagangan. Bangsa Indu yang datang ke tanah Jawa yang pertama adalah bangsa beragama Siwah, bangsa yang menganggap “Tri-murti kepada Gusti- Allah” yaitu Nhatara Brahma, Wisnu, Siwah. Tiga dewa tersebut dianggap menjadi sang hyang Siwah, yang pada waktu itu disebut dengan Bhatara Guru.
            Bangsa Indu yang datang ke Indonesia tinggal bangsa yang  beragama Budha Mahayana. 2 golongan bangsa tadi menyebarkan agamanya di Jawa. Dan memperkenalkan bahasa Sansekerta,. Oleh sebab itu orang Jawa mau tidak mau harus mempelajari bahasa Sansekerta kepada orang-orang Indu. Tetapi orang Indu merasa canggung untuk mengajarkan bahasa Sansekerta kepada orang Jawa. Oleh karena itu terbentuklah bahasa Jawa tetapi masih tercampur beberapa kata dari sbahasa Sansekerta.
            Berubahnya zaman membuat perubahan banyak, banyak orang-orang yang mahir dalam berbahasa mengubah bahasa Sansekerta kedalam bahasa Jawa. Sejak saat itu percampuran bahasa Jawa itu  sangat berbeda dengan bahasa Sansekerta, sejak saat itu bahasa Jawa masih lestari tergolong bahasa Indonesia.
            Tulisan-tulisan yang dibawa oleh orang Indu agama Budha tentunya tentaang Bab kabudhan, seperti tulisan yang diwujudkan dengan gambar di Candi Borobudur. Tulisan-tulisan tersebut bawaan orang Indu yang beragama Siwah, seperti Serat Mahabarata, Ramayana dan seterusnya. Serat Mahabarata yang diceritakan dikarang oleh resi WYASA (Abiyasa), yang menceritakan perjalanan Pandawa dan Kurawa. Di Indonesia menjadi jalan Wayang Purwa.
            Serat Ramayana itu diceritakan adalah buatan dari Emou Walmiki. Lebih tua serat Ramayana dengan Mahabarata, tetapi serat Ramayana ini di Indu  yang tergolong kitab namgsa yang beragama wisnu. Jon Mahabarata tergolong kitab agama Siwah. Orang Jawa pada zaman kuno memakai bahasa Kawi, tetapi Belanda menyebut sebagai Bahasa Jawa Kuno.
Ketika bahasa Jawa Kuno yang tertulis pertama, sudah tercampur banyak kata-kata Sansekerta. Tulisan bahasa Jawa Kuno yang tercampur dengan bahasa Sansekerta, pada tahun 731 Caka 809 tahun Masehi. Sejak saat itu bahasa Jawa menjadi bahasa Indu asli. Tentu saja tulisan-tulisan semakin lama semakin berubah, sejak terbangun Indu asli sampai saat ini.




1.      SERAT-SERAT JAWA KUNO YANG TERGOLONG TUA
Bab yang terkandung di dalamnya, seperti cerita atau ajaran-ajaran serta peraturan, seperti yang terdapat dalam tembang. Tetapi tulisan bacaan itu adatnya turunan, sehingga nanti masih ada tulisan yang isinya berbeda yang terbuat beratus-ratus tahun yang lalu.
1.      Serat Candra Kirana
Serat yang terbuat dari rontal, isinya tembang kajian yang sama dengan woordenboek. Mirip dengan tulisan Jawa jaman itu, tulisan DASANAMA yang bisa menandakan isi dari tulisan tersebut sudah tua, yang menyebut nama Ratu Cailendra. Dimana ratu Cailendra adalah pendiri dari Candi Kalasan, antara tahun 700 Cakra.
2.      Serat Ramayana
Serat ini berbahasa Jawa Kuno, serat ini kira-kira dibuat pada masa masuknya prabu Dyah Balitung, ratu binatara yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur, di negeri Mataram, kurang lebih pada tahun 820-832 Caka
Cerita serat Ramayana Dj. K. Melahirkan cerita langkah Prabu Rama, sperti serat Ramayana bahasa Sansekerta karya Walmiki. Sejak saat itu dijumpai perbedaan. Di Ramayana Sansekerta, sang Sita sudah berpulang ke Ajdya, kemudian berpisah dengan Rama. Di serat  Ramayana Dj. K. Terus bertemu dengan Rama. Jadi Ramayana Dj. K. Tentu berbeda dengan Ramayana Walmiki.
Menurut serat SARDINI yang membuat serat Ramayana Jawa Kuno, ada salah seorang pemuda yang bernama Empu Pujwa di jaman Prabu Gendrajana di Negara Mamenang. Sedangkan cerita di Bali yang membuat serata Ramayana adalah Jogiswara pada tahun 1016 Caka. Itu juga tidak benar. Sudah dibicarakan didepan Ramayana muncul sekitar tahun 825 Caka, bukan Jogiswara bukan yang menulis Ramayana. Jadi yang membuat serat tersebut sebenarnya tidak jelas.
Ramayana ceritanya sangat bagus, banyak ajaran-ajaran yang bagus, dan bahassanyapun juga bagus. Pada tahun 1900 sudah dicetak dengan menggunakan bahasa Jawa oleh Prof. H. Kern. Wordenboek, dan juga Dr Juvnboll, dan tercampur bahasa Belanda, tetapi masih ditemukan kata-kata yang tidak sesuai.

0 Responses

Posting Komentar