Kosmologi dan Kosmogoni Novel Carang-Carang Garing

Kosmologi dan Kosmogoni dalam Novel Carang-Carang Garing
          Latar Belakang Pengarang
          Tiwiek SA merupkan nama kedua, nama aslinya adalah Suwignyo Adi. Tiwiek SA lahir di Tulungagung pada tanggal 8 Juni 1948.setelah tamat SPG (Sekolah Pendidikan Guru) kemudian dingkat menjadi guru di SD Negeri Karangtahun 1 Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung (Jawa Timur). Mulai tanggal 1 September 1995 dipromosikan menjadi Kepala Sekolah di SD Negeri Rejosari 02 juga di Kecamatan Kalidawir. Dan setelah berpindah-pindah kemudian kembali lagi ke SD 1.
            Tiwiek SA mulai mengarang pada tahun 1972. Cerita cekak yang pertama ditulis yaitu yang berjudul “Milah” yang diterbitkan oleh Panyebar Semangat No. 27 tahun 1972. Mulai saat itu Tiwiek mulai rajin menulis. Tulisannya tidak hanya cerkak, novel, cerita rakyat, cerita anak, cerita remaja, artikel dan reportase. Tulisan-tulisannya tersebut dicetak di majalah-majalah berbahasa Jawa, seperti Jaya Baya, Mekar Sari, Djaka Lodang, Parikesit, Jawa Anyar dan Damar Jati. Sampai terakir tahun 2006 karyanya sudah ada cerkak yang berjumlah 151 judul, cerita anak bersambung 7 judul, cerita cekak anak 29 judul, cerita cekak jarwan 12 judul. Cerita rakyat yang terbit menjadi buku ada 6 judul.
            Walaupun mengarang dalam bahasa Jawa, Tiwiek SA juga sering mengarang degan bahasa Indonesia yang bewujud novel anak dan umumnya sudah diterbitkan menjadi buku. Bahkan ada 5 judul yang diimpreskan untuk bacaan anak SD seIndonesia yaitu: Paskab Pasopati, Sumber Beji, Kedai Bisu, Keberanian Tak Terduga dan Retno Si Cabe Rawit. Yang membuat heran Tiwiek SA pernah menjadi juara ngarang (kanggo Guru) tingkat Nasional tahun 1989 dan tahun 2005.
            Tanggal 18 Mei 1980berbarengan dengan Tamsir AS dan enam penulis muda lainnya mendirikan Sanggar Sastra Triwida yang sebagian anggotanya menjadi pengarang Bahasa Jawa dari Blitar, Tulungagung dan Trenggalek, tetapi masih bisa menerima anggota dari mana saja. Ada juga anggotanya yang beraal dari Suriname yaitu almarhum Ramin Harjoprayitno. 
            Novel “Carang-Carang Garing” ini dulu sudah pernah dicetak di majalh Jaya Baya dengan sambungan (JB No. 46/ Juli/ 1983 sampai JB No. 4/ September/1983). Juga sudah pernah dibuat sinetron yang disiarkan di TVRI Surabaya dengan judul “Ranting-Ranting Kering” dengan penulis skenario/sutradara Asmayadi. Sesudah diperbaiki dan diedit lagi kemudian film “Ranting-Ranting Kering” kemudian tercetaklah novel “Carang-Carang Garing”.
            Novel “Carang-Carang Garing” mempunyai kekuwatan yang beradda di judul, tema, penggambaran tokoh, penggambaran latar, dan pemilihan diksinya. Tembung Carang-carang Garing dipilih menjadi judul bukan karena tanpa alasan. Kata-kata tersebut menggambarkan penderitaan orang kecil yang menjadi korban para penguwasa. Selain hidup sengsara mencari nafkah untuk keluarga, masih harus menghadapi kenyataan pahit yaitu hidup dipenjara.















            Ideologi Pengarang
            Penulis Tiwiek SA merasa kasusastran Jawa modern cukup membuat miris. Antologi cerita cekak, antologi puisi dan novel mulai sejak 90anterus menerus terbit, seperti “Donyane Wong Culika” karangannyaSuparta Brata, Sarunge Jagung dan Donga Kembang waru karangan Trinil, dan Singkar karangan Siti Aminah. Buku yang terbit selain karya dari sastrawan-sastrawan yang sudah lama berkiprah di jagad kasusatran Jawa, juga hasil karyannya sastrawan muda yang mewakili jamannya.
            Tiwiek SA memang sadar bahwa sudah kehilangan sastrawan-sastrawan gamben, seperti Susilomurti, Esmiet, Muryalelana, Suripan Sadi Hutomo, Tamsir AS, Poer Adhi Prawoto, St. Lesmaniasita, Mochamad Nursyahidi P, Anjrah Lelana Brata, dan lain-lain. Tetapi bab itu tidak mengurangi semangat para pengarang-pengarang lainnya yang berada didalam dunia Kasusastran Jawa yang mewakili jamannya.
            Tiwiek SA (Suwignyo Adi mewujudkan pengarang sastra Jawa yang mahir. Hasil karyanya sudah menyebar di majalah-majalah yang terbit di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ciri khas novel dan cerita cekak karya dari Tiwiek SA ada yang ketika memilih tema yang berhubungan dengan kehidupan dipedesaan, alur cerita yang kompleks, dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita terlihat jelas karakter-karakternya, begitu juga dengan setting (latar) yang kelihatan sangat hidup sekali, seolah-olah yang membaca seperti terhanyut didalam alam pikiran dan perasaan para paraga di cerita.
            Novel Carang-Carang Garing mempunyai kekuwatan yang berada di judul, tema, penggambaran parah tokoh-tokohnya, penggambaran latar, pemilihan kata-kata dan diksi. Kata  Carang-Carang Garing dipilih menjadi judul bukan karena tanpa alasan. Kata-kata itu adalah pengibaratan yang menggambarkan susahnya orang kecil yang selalu menjadi korban para penguwasa. Selai itu hidup yag susah mencari penghidupan untuk keluarga-keluarganya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut:
            Nasibe wong cilik. Wis rekasa ngupya boga, isih kudu nyandhing lelakon pait kang munthes pangarep-arep dina mburi. Ibarate kayadene carang-carang garing, kang mung kena kanggo sugon geni minangka kaya bakar, tanpa bisa digunakake kanggo kaperluwan liya kang luwih migunani (halaman 189)
            Tema kehidupan orang-orang di kalangan pedesaan yang sudah banyak diangkat didalam kesusatran Jawa modern. Tetapi tema didalam novel ini khas, susahnya hidup yang dijalani oleh Suyatman untuk mencukupi kebutuhan keluwarganya yang mempunyai anak empat. Semantara dia hanya berprofesi sebagai tukang becak yang sangat kekuranga. Suyatman masih mempunyai kebiasaan buruk yaiku judi dan togel.
            Selain itu Suyatman mempunyai pikiran jelek membunuh ponakannya (Aris Setiawan) arena menginginkan warisan dunianya dari adik ipar (Heru) yang menjadi Camat Kalidawir supaya diberikan kepada anaknya sendiri yang sudah dijadikan anaknya sendiri. Tema yag seperti ini bisa menumbuhkan greget kepada para pembaca yang ingin melihat kehidupan di pedesaan.
0 Responses

Posting Komentar