IDENTITAS NOVEL
·
Judul : Carang-Carang
Garing
·
Penulis :TIWIEK,
SA
·
Penerbit : PT.
Alfina Primatama
·
Tahun
Terbit :
2009
·
Tebal :
128
·
ISBN :
978-979-26-6745-8
·
Dimensi :
Dapat dilihat dari satu arah
·
Jenis
Kertas :
HVS
·
Tempat
Terbit : Surabaya
SINOPSIS
Keterbatasan,
kesusahan dan kesengsaraan telah dirasakan oleh Suyatman. Suyatman sangat
kesusahan untuk menghidupi anak-anak beserta keluarganya. Suyatman adalah
tukang becak yang tidak mempunyai penghasilan yang menentu. Kadang jika sedang
ramai penghasilanannya lumayan banyak, namun jika sedang sepi, maka untuk makan
anak dan istrinyapun tidak akan cukup.
Walaupun keadaan Suyatman seperti
diatas namun dia tidak menjauhi kebiasaan buruk yang banyak dilakukan oleh orang-orang yaitu kebiasaan
main judi. Selain judi, Suyatman juga ingin membunuh adik iparnya yang menjadi
Camat didaerah Kalidawir. Ternyata judi telah membutakan hati Suyatman,
Suyatman menjadi gila harta. Tema yang seperti inilah yang menimbulkan gregert
diantara para pembacanya.
Alur cerita yang kompleks juga
membuat novel Carang-Carang Garing ini membuat penasaran para pembacanya.
Dimulai dari mengenalkan tokoh utama dan keluarganya yang hidup dalam
kekurangan dan dalam kesederhanaan.
Kemudian
diteruskan dengan cerita yang komplks dari seoranag tokoh yang bernama Darmini.
Darmini didalam novel tersebut diceritakan akan dinikahi oleh Bambang (salah
sorang kontraktor bangunan), tetapi janji itu ternyata Cuma omong kosong.
Bambang kabur, karena dia memang sudah mempunyai anak dan istri kemudian
Darmini terpaksa harus membesarkan anak yang ada didalam kandungannya seorang
diri.
Ceritanya
bertambah kompleks ketika Suyatman juga ingin menggugurkan bayi yang ada dalam
kandungannya Tatik, adik sepupunya yang menikah dengan Camat Heru dengan
menggunakan jasa salah seorang dukun. Hal tersebut dilakukan karena Suyatman
sanggat membenci Heru. Segala daya upaya akan dia lakukan demi menghancurkan
Heru dan menguasai harta Heru.
Namun
niat jahat dari Suyatman ini digagalkan oleh Darmini, Darmini mengganti isi
botol yang isinya adalah jampi-jampi dari dukun. Botol tersebut diganti dengan
jamu untuk orang hamil, untuk memperkuat kandungan yang masih muda.
Botol
yang berisi jampi-jampi dari dukun, kemudian diminum Darmini supaya
kandungannyalah yang mengalami keguguran. Kemudian adapun klimaks dari Novel
Carang-Carang Garing ini adalah ketika kandungan Tatik lahir bayi laki-laki
yang diberi nama Aris Setiawan. Ketika Aris Setiawan berumur 4 tahun, kemudian
didorong masuk kolam renang sampai meninggal.
Meninggalnya
Aris Setiawanlah menjadi klimaks dari cerita. Dari hasil penelitian polisi,
dalang dari tewasnya Aris Setiawan adalah dari tingkah polahnya
Suyatman.Bejadnya kelakuan Suyatman karena tidak bisa menghadapi keadaan secara
jernih. Hidup yang semakin sulit justru membuat Suyatman semakin menjadi-jadi.
Sama halnya Bambang yang mengaggap segala hal bisa dibeli dengan uang.
Sedangkan Pak Gumbreng mempunyai cara licik untuk mengelabui masyarakat dengan
menyebarkan gugon-tuhon yang tidak benar.
UNSUR INTRINSIK NOVEL
·
Tema :
Rekasaning Urip ( Susahnya dalam menghadapi
kehidupan)
·
Latar
Belakang : Cerita
yang mengangkat kehidupan pedesaan yang
erat dengan
keterbatasan, kesusahan dan kesengsaraan
·
Waktu : Novel
ini dicetak pada era modern adapun setting
waktunya
:Siang, malam, pagi hari.
·
Suasana : Asri
pedesan
·
Alur :
Campuran (maju-mundur)
·
Gaya
Bahasa :
Pemilihan diksinya bagus (banyak
mempermainkan
bunyi, membuat tulisannya indah)
·
Amanat : Penulis
secara tersurat dan tersirat menceritakan
tentang hidup dan kehidupan.
Memberitahukan kepada pembacanya untuk memahami makna dari kesengsaraan laihir
batin melalui cerita dalam novel ini.
·
Penokohan : Didalam novel
ini dihadirkan watak baik dan jahat.
Seperti tokoh yang
berwatak jahat ( jelek) Suyatman, Bambang, lan Pak Gumbreng. Tokoh yang baik
yaitu Heru, Tatik, Aris Setiawan, lan Ardiyanto.
·
Sudut Pandang : Penulis menggunakan Sudut pandang orang kedua.
Penulis
menggunakan nama orang lain.
Ø Kelebihan Novel :
Tema yang ada dalam novel ini berbeda dengan novel-novel Jawa yang lain, tema
dalam novel ini sangat khas yang menceritakan kehidupan dan kesengsaraan yang
dialami oleh masyarakat pedesaan. Alur ceritanya juga sangat kompleks. Selain
itu penggunaan bahasa yang dipilih oleh pengarang sangat bagus, yaitu gaya bahasa
yang dimunculkan dalam dialog yang menggambarkan dialek yang serasi dengan
latar ceritanya, yaitu daerah Tulungagung, membuat suwasana dalam novel ini
menjadi hidup.
Ø Kekurangan :Didalam novel iniditemukan
Bahasa Jawa dialek Surabayaan yang cenderung kasar. Hal ini tebukti dalam
cuplikan berikut ini:
“Wong lanang cubluk! Dhek’e dhewe
sing ra bener kok anake sing disalahne! Anggep njaluk menagan dhewe!
“Hayo, hayo ngoceh terus! Sampluk
cocotmu sida njebar kowe!” panganceme Suyatman karo mencereng. Klakep Darminah
langsung meneng. (halaman 101).
Kata-kata
cubluk, ngoceh, sampluk, njeber, cocot, hal tersebut termasuk bahasa yang
kasar.
Ø Saran Terhadap Buku :Sebenarnya novel
ini sudah bagus, namun penulis masih perlu memilih kata-kata yang layak dan
kata-kata yang tidak layak untuk dituliskan dalam novel ini.
Ø Manfaat Isi Buku :Novel
ini mengandung nasihat yang sangat baik yaitu untuk menghargai hidup dan
kehidupan, dan banyak menceritakan tentang makna kehidupan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar