BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi antar sesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan
dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman
bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan
interaksi sosial dengan sesamanya.
Menurut Abdul Chaer (2004:11) bahasa
adalah sebuah lambang berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis,
beragam dan manusiawi. Sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang
sama. Namun, karena bahasa digunakan oleh penutur yang berbeda, maka bahasa itu
menjadi beragam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kridalaksana (2008:225), yang
mendefenisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari
hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
Manusia sesuai dengan kodratnya tidak dapat tidak dapat hidup tanpa berhubungan
dengan mahluk di sekitarnya. Oleh karena itu, bahasa merupakan sarana yang
paling cocok digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi.
Tanpa
bahasa manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi antar sesama anggota
masyarakat. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk bekerja
sama atau berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, isyarat,
simbol, lambang, gambar, atau kode tertentu, juga ddapat digunakan sebagai alat
komunikasi. Namun dengan menggunakan bahasa maka komunikasi akan terasa lebih
sempurna dan efektif.
Sosiologi
telah lama mencatat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak hanya bisa
dibedakan berdasarkan tempat tinggalnya, melainkan juga atas dassar kondisi
sosialnya. Perbedaan kelompok yang bersifat sosial bisa ditentukan oleh jenis
kelamin, umur, pekerjaan, dan kedudukan dalam masyarakat. Hal yang lainnya juga
ditentukan oleh status ekonomi yang membedakan kelompok kaya dan kelompok
miskin atau status sosial seperti yang kita ketahui padda masyarakat yang
mengenal kasta atau adanya kelompok terdidik dan tidak terdidik.
Masyarakat
pada saat ini sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang hanya
dimengerti oleh sekelompok/komunitas masyarakat tertentu. Sebenarnya hal
tersebut tidak dilarang penggunaanya. Jika dikategorikan, merupakan salah satu
varian bahasa yang hanya dimengerti oleh sekelompok/komunitas masyarakat
tertentu dikategorikan sebagai bahasa prokem yang termasuk ke dalam bahasa prokem yang menambah khazanah kekayaan
bahasa di Indonesia. Hal yang menyebabkan bahasa komunitas dapat disebut sebagai masalah adalah apabila
bahasa komunitas tersebut menggeser penggunaan bahasa pada umumnya.
Di
tengah-tengah kehidupan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya
ini, sebuah komunitas pasti menginginkan adanya perubahan bahasa yang lebih
baru dan segar dengan tujuan untuk mengintimkan percakapan atau untuk
menghindari kebosanan. Perubahan tersebut muncul seiring dengan adanya
kreativitas remaja itu sendiri dalam praktiknya dalam berbahasa. Sebuah
komunitas berupaya menciptakan alat komunikasi yang efektif di antara mereka
sebgai ciri khas bagi komunitasnya.
Salah
satu ragam bahasa gaul yang dipakai oleh remaja adalah bahasa prokem. Bahasa prokem yang digunakan sebagai alat komunikasi ini merupakan bahasa
sandi yang digunakan penuturnya sebagai bahasa khusus untuk komunitas mereka.
Masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa prokem di
komunitas supir travel. Masalah ini menarik untuk diteliti karena mengingat
dewasa ini banyak bermunculan bahasa-bahasa unik yang sengaja diciptakan oleh
komunitas supir travel sebagai hal yang baru dan berbeda dari bahasa lainnya.
Dalam
penelitian ini, data yang digunakan didasarkan pada sumber lisan, yakni
sebagian dari komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang.
Trans Jaya merupakan agen travel yang membuka jalur Semarang – Jepara, Jepara –
Semarang, Semarang – Jogja, Jogja – Semarang, Semarang – Malang, Malang –
Semarang, Semarang – Purwokerto, Purwokerto – Semarang. Di agen Purwokerto
mempunyai pegawai Customer Servis 4,
dan 4 dari Semarang, Driver yang
berasal dari agen Purwokerto 25, dan dari agen Semarang 26. Agen travel Trans
Jaya mulai berdiri tahun 2010.
Pada
awal berdirinya agaen travel Trans Jaya sebagian supir yang sudah lama bekerja
di agen travel lain, masuk ke agen travel Trans Jaya memperkenalkan bahasa
sandi yang semulanya tidak diketahui maksud dan maknanya oleh supir-supir baru.
Akirnya mereka mempunyai keunikan saat berkomunikasi dengan sesama supir.
Mereka
berkomunikasi menggunakan bahasa sandi, yang tidak diketahui oleh orang lain
diluar komunitas mereka. Kosakata bahasa sandi tersebut yang dalam tinjauan
sosiolinguistik disebut bahasa prokem dapat
dianalisis dari segi fonologis, morfologis, jenis makna dan fungsi penggunaan
bahas. Sebagai contoh “sutraya”. “sutraya” barasal dari singkatan supir
trans jaya. “erop”, “erop” berasal
dari kata oper, mengalami pembalikan vokal /e/ menjadi /o/. Hal ini terjadi
karena remaja menginginkan sesuatu yang berbeda dan lebih inovatif dari
supir-supir agen lainnya.
Supir
travel Trans Jaya yang menggunakan bahasa prokem, tergolong supir yang kreatif.
Mereka menciptakan bahasa yang hanya digunakan oleh komunitas mereka, tanpa
boleh diketahui oleh orang lain di luar komunitas mereka. Secara sadar, mereka
akan beralih menggunakan bahasa lain, apabila ada orang lain di luar komunitas
mereka mengajak komunikasi. Hal yang menarik untuk diteliti dari para supir
travel tersebut adalah wujud penggunaan bahasa yang mereka gunakan, dalam hal
ini adalah bahasa prokem. Berdasarkan hal itulah penulis tertarik mengadakan
penelitian tentang penggunaan bahasa prokem dikalangan supir travel Trans Jaya
Jurusan Purwokerto – Semarang.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bentuk
bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto –
Semarang dalam struktur fonologis?
2. Karakteristik
pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto
– Semarang?
3. Fungsi
bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto
– Semarang dalam struktur fonologis.
2. Mendeskripsikan
karakteristik pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya
jurusan Purwokerto – Semarang.
3. Mendeskripsikan
Fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan
Purwokerto-Semarang
D.
Manfaat
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
deskripsi secara mendalam mengenai perubahan struktur secara fonologis, proses
pembentukan kata, jenis makna, dan fungsi penggunaan kosakata dalam bahasa
prokem yang digunakan oleh komunitas supir travel Trans Jaya Jurusan Purwokerto
– Semarang. Bagi pengembangan ilmu bahasa, penelitian ini dimaksudkan untuk
memperdalam hasil kajian terhadap penggunaan bahasa prokem dalam bidang kajian
sosiolinguistik.
Secara
praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
wacana dalam usaha memperbanyak dan memperkaya penelitian sosiolinguistik
bahasa Jawa. Di sisi lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para
pengguna bahasa prokem, untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana bahasa prokem dalam tinjauan sosiolinguistik dengan pedoman pada
peningkatan pengetahuan.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
Teori yang digunakan
untuk mendukung penelitian ini merupakan teori gabungan dari pada ahli bahasa,
dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pemilihan teori dalam
penelitian ini dengan mempertimbangkan hubungan yang relevan terhadap masalah
yang akan diteliti yaitu bahasa prokem dikalangan
supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang. Teori-teori tersebut
adalah hakikat bahasa, variasi bahasa, pengertian bahasa prokem, karakteristik
bahasa prokem, fungsi bahasa prokem dan penelitian yang relevan
Bahasa Prokem sebagai
hasil modifikasi bahasa kelompok remaja menimbulkan multi tafsir bagi seorang
yang mendengarkannya. Kadang kala orang yang mendengarkan hanya tertawa, bahkan
bingung tidak mengerti apa yang dibicarakan. Selain itu, proses pembentukan
kosa katanya menarik untuk di telusuri dan dikaji, bagaimana sebuah kata unik
dapat berbentuk, sehingga dapat terjadi sebuah komunikasi yang kompleks.
Keunikan bahasa remaja
itu yang mendorong beberapa peneliti untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan bahasa prokem. Penelitian tersebut merupakan bentuk pendeskripsian
sebuah bahasa kelompok yang terus berkembang sampai sekarang. Penelitian bahasa
prokem yang relevan dengan penelitian ini anatara lain dilakukan oleh Ellenia
(2008), Septaria (2009), dan Setyawan (2010).
Ellenia (2008)
melakukan penelitian yang berjudul Bahasa Prokem Polisi di Surabaya: Suatu
Tinjauan Sosiolinguistik. Penelitian ini merupakan pengungkapan dari bahasa
sekunder polisi sebagai penegak hukum. Penelitian ini memaparkan masalah
tentang makna, bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa
prokem pada polisi yang bertugas di Surabaya. Penelitian ini menarik untuk
disimak, kerena mengungkap penggunaan bahasa prokem yang digunakan polisi
sebagai aparatur negara. Selai itu, dipaparkan pula tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan bahasa pada polisi, tentnunya akan berbeda dengan
faktor penggunaan bahasa mahasiswa, pelajar, atau kelompok masyarakat lain yang
menggunakan bahasa prokem. Kelemahan penelitian ini adalah pada objek kajian
itu sendiri. Objek yang digunakan tidak terfokus pada daerah tertentu yang
lebih kecil, sehingga dimungkinkan terdapat perbedaan kesepakatan penggunaan
bahasa prokem tersebut.
Septaria (2009)
melakukan penelitian dengan judul penggunaan bahasa prokem dalam komunikasi
bahasa jawa SMP N 1 Purbalingga penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SMP
ini, lebih ditekankan pada penggunaan bahasa prokem pada remaja sekolah.
Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah tentang bentuk,
proses, dan penggunaannya. Dalam deskripsinya dipaparkan bahwa bentuk bahasa
prokem terdiri dari kata tunggal dan komplek. Proses pembentukan bahasa prokem
remaja sekolah antara lain : 1) penciptaan kata baru dengan kata baru atau
lama, 2) adopsi kata bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, 3) proses afiksasi,
pemendekan reduplikasi, dan akronim. Kekurangan pada penelitian ini adalah
kurang maksimalnya analisis data
A. Hakikat bahasa
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang paling baik dan paling sempurna dibanding dengan alat-alat
komunikasi yang lain. Bahasa mempunyai ciri sebagai alat interaksi sosial dan
sebagai alat mengidentifikasi diri. Dengan bahasa, orang dapat mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan kemauannya kepada orang lain dalam suatu kelompok
masyarakat.
Bahasa asalah suatu
sistem lambang bunyi, bersifat arbitree, digunakan oleh suatu masyarakat tutur
untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Setiap bahasa
mempunyai pola aturan-aturan tertentu dalam hal tata bunyi, kata, kalimat, dan
makna. Berbagai faktor yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa,
seperti usia, pendidikan, agama, profesi, dan latar beelakang budaya daeerah,
juga bisa menyebabkan adanya keragaman bahasa.
Nababan (1993:46)
memberi pengertian bahasa sebagai suatu sistem perisyaratan (semiotik) yang
terdiri atas unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-unsur itu. Bahasa
juga di identifikasikan sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para
anggota suatu masyarakatuntuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008: 24). Chaer (2004: 11)
mendefinisikan bahasa sebagai sebuah sistem, yang artinya, bahasa itu dibentuk
oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat kaidahnya. Bahasa
itu bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang
hanya dimiliki oleh manusia. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk
bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat.
Dengan menggunakan bahasa komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih
sempurna (Chaer, 1998: 2).
Bahasa sebagai milik
masyarakat tersimpan dalam masing-masing individu. Setiap individu dapat
bertingkah laku dalam wujud bahasa dan tingkah laku bahasa individual ini dapat
berpeengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa yang lain (Sumarsono, 2008:
19).
Berdasarkanpada
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bahasa memuat
tiga kepentingan utama yakni informatif, ekspresif, direktif. Manusia dan
bahasa addalah salah satu kesatuan yang utuh. Dengan bahasa, segala informasi
dan ekspresi manusia dapat tercurahkan dimanapun manusia berada, bahasa akan
selalu ada dalam jiwa manusia. Seperti halnya yang tersebut di atas, bahwa
bahasa sebagai milik masyarakat tersimpan dalam masing-masing individu.
B. Variasi bahasa
Menurut Chaer (2004:61)
sebuah bahasa mempunyai sistem dan sub sistem yang dipahami oleh semua penutur
bahasa. Namun, karena penutur bahasa tersebut berada dalam masyarakat tutur,
tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret (parole)
menjadi tidak seragam. Bahasa pun menjadi beragam dan bervariasi.
Variasi bahasa adalah
wujud perubahan atau perbedaan dari berbagai menivestasi kebahasaan, namun
tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Dalam variasi bahasa, terdapat dua
pandangan. Pertama variasi dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi variasi tersebut terjadi
sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua
variasi atau ragam bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer, 2004:62).
Berbeda dengan Chaer,
menurut Wardhaugh (1988:22), variasi bahasa merupakan seperangkat khusus
hal-hal mengenai linguistik atau pola tutur manusia seperti bunyi, kata, dan
ciri-ciri gramatikal. Pola tutur manusia tersebut secara unik dapat dihubungkan
dengan faktor eksternal, seperti daerah geografi dan kelompok sosial.
Kridalaksana (2008:253)
menyebut variasi bahasa sebagai satuan yang sekurang-kurangnya mempunyai dua
variasi yang dipilih oleh penutur bahasa. Variasi tersebut tergantung dari
faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, status sosial, dan situasi. Variasi
itu dianggap sistematiss karena merupakan interaksi antara faktor sosial dan faktor
bahasa.
Berdasarkan pada
pengertian mengenai variasi bahasa menurut para ahli diatas, variasi bahassa
dapat disimpulkan sebagai keragaman bahasa yang lazim digunakan dan tidak
bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Keragaman ini justru akan menambh khazanah
kebahasaan yang sudah ada sebelumnya.
Variasi bahasa dari
segi pemakai atau penutur menurut Chaer (2004-62-64) dapat dibedakan atas
idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Idolek adalah variasi bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempaat,
wilayah, atau area tertentu. Dialek juga didefinisikan sebagai sub unit
regional dalam kaitannya dengan satu bahasa, khususnya dalam logat aslinya atau
realisasi ujarannya (Fishman via Alwasilah, 1985:49). Kronolek adalah variasi
variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, kelas sosial para
penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, keadaan, ekonomi, dan
sebagainya.
Variasi bahasa dapat
juga disebabkan oleh gaya, Joss (dalam Soeparno, 2002:75) membedakan lima macam
gaya berdasarkan tingkat kebakuaannya. Kelima macam gaya tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Gaya Frozen
Gaya ini juga disebut
sebagai beku karena pembentukannya tidak pernah berubah dari masa ke masa.
b.
Gaya Formal
Gaya ini juga
disebut sebagai gaya baku. Gaya ini digunakan pada situasi resmi
c.
Gaya Konsultatif
Gaya ini juga disebut
sebagai gaya usaha, karena bentuknya terletak antara gaya formal dan informal.
Gaya ini bayak dipergunakan dari kalangan bisnis.
d.
Gaya Kasual
Gaya ini disebut juga
gaya informal atau santai. Gaya ini menggunakan unsur leksikal dialek dan unsur
daerah.
e.
Gaya Intim
Gaya ini disebut juga sebagai gaya akrab
karena biasanya dipergunakan oleh para penuturnya yang hubungannya sudah sangat
akrab.
C. Pengertian Bahasa Prokem
Bahasa menjadi alat
komunikasi bagi mahluk yang berada di dunia ini. Terdapat banyak bahasa yang
ada di dunia ini. Seiring perkembangan zaman, mulai banyak muncul modifikasi
bahasa yang dibuat oleh beberapa komunitas. Modifikasi bahasa yang hanya dapat
dipahami oleh anggota dalam komunitas tersebut. Hal ini sering sebut sebagai
bahasa prokem.
Sumarsono (2008:153)
mendefinisikan bahasa prokem sebagai salah satu tuturan remaja yang khas dan
muncul di Jakarta. Hal ini dikarenakan penggunaan bahasa prokem yang pertama
adalah di Jakarta.
Menurut pendapat
Partana dan Sumarsana (2008:154) bahasa prokem merupakan bahasa yang awalnya
digunakan oleh kaum pencoleng, pencopet, bandit dan sebangsanya yang memilki
fungsi sebagai bahasa rahasia, namun bahasa tersebut digunakan oleh para remaja
khususnya di Jakarta.
Sementara itu,
Adiwijaya (2008:2) mendefinisikan bahasa prokem sebagai bahasa remaja yang
berkecenderungan mencetak atau merangkai bahasanya sendiri sebagai lambang suatu
kelompok untuk mengisyaratkan kepribadian kelompok tersebut.
D.
Karakteristik
bahasa Prokem
Sebagai
salah satu variasi bahasa, bahasa prokem memiliki ciri-ciri yang membedakannya
dengan jenis bahasa yang lain. Bahasa prokem memiliki perbedaan-perbedaan yang
cukup mendasar dengan bahasa pada umumnya. Bahasa prokem relatif mengacukan
bahasa tertentu, pemakaiannya sendiri terbatas pada kelompok tersebut saja
Adiwijaya (2008:3) menjelaskan bahwa ada
tiga unsur morfologis dalam bahasa prokem.
1. Kata-kata
biasa diberi arti baru
2. Kata-kata
jadian
3. Kata-kata
baru yang tidak diketahui akarnya.
Sementara
itu, ada beberapa karakteristik yang membedakan bahasa prokem dengan variasi
bahasa lain, Flexner (dalam Setyawan 2010:23)mencirikan bahasa prokem sebagai
berikut:
1. Merupakan
ragam tidak resmi
2. Merupakan
kosakata yang ditemukan oleh kelompok sosial tertentu,
3. Dapat
berbentuk pemendekan kata seperti akronim dan singkatan,
4. Mempunyai
bentuk yang khas dengan berbagai macam pembentukan,
5. Ada
kemiripan bunyi dengan bahasa acuannya.
E.
Fungsi
Bahasa Prokem
Bahasa
sebagai alat komunikasi memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Bahasa prokem yang merupakan salah satu variasi bahasa juga memiliki
fungsi tersendiri bagi kehidupan setiap individu. Ermi (dalam Setyawan 2009:24)
memaparkan bahwa ada beberapa fungsi yang mendasar dari bahasa prokem adalah
sebagai berikut.
1. Mengekspresikan
dari kedekatan hubungan
Prokem lebih menekankan pada hubungan
nggota penggunannya, berbeda dengan anggota kelompok lain, hal ini akan
menyebabkan keakraban diantara anggota kelompok.
2. Mengekspresikan
solidaritas kelompok
Prokem
digunakan sebagai wujud ungkapan kesetiakawanan dan keterikatan antara anggota
komunitas.
3. Kebutuhan
mengalihkan topik pembicaraan
Prokem
yang hanya dipahami oleh sebuah komunitas mampu mengalihkan pembicaraan yang
dianggap membosankan.
4. Menunjukan
rasa humor
Prokem
yang dianggap tidak dimengerti orang lain bisa digunakan untuk melakukan
percakapan lucu yang menyinggung orang lain.
5. Menunjukan
identitas kelompok
Prokem
sebagai bahasa yang dikembangkan oleh kelompok merupakan identitas dari
kelompok tertentu yang berbeda dengan kelompok lainnya.
6. Kesenangan
Prokem
sebagai bahasa yang tidak dimengerti menjadi lucu menjadikan penggunaanya
senang dalam penggunaannya.
7. Menunjukan
keakraban atau keintiman
Orang
juga menggunakan bahasa prokem untuk menambah kedekatan dengan orang lain
terutama didalam sebuah kelompok.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptid yang bertujuan untuk mendeskripsikan
kosakata dalam bahasa prokem. Di dalam deskripsi tersebut, akan dijelaskan
perubahan struktur fonologis kosakata bahasa prokem, proses pembentukan
kosakata prokem secara mordologis, jenis makna yang terdapat dalam kosakata
bahasa prokem, dan fungsi penggunaan kosakata dalam bahasa prokem.
Penelitian deskriptif hanya
menggambarkn apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Djadjasudarma (1993:8) mengatakan bahwa peneliti deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi, yaitu untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan feneomena yang
diteliti.
Secara sederhana penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menggunakan kata-kata dan diungkapkan dalam
bentuk kata0kata atau gambar. Moelong (1994:6), menjelaskan bahwa penelitian
yang berisi kutipan-kutipan data ssebagai gambaran penyajian laporan
penelitian. Data yang disajikan adalah benyuk kata-kata, bukan data yang berupa
angka-angka.
B.
Populasi
dan Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua wujud tuturan kosakata bahasa prokem yang
terdapat di kalangan komunitas supir travel Trans Jaya lebih khususnya jurusan
Purwokerto-Semarang. Penelitian ini berfokus pada kosakata yang merupakan
kosakata bahasa prokem sebagai data penelitiannya. Kosakata tersebut, juga
terdapat dalam suatu bentuk dialog yang dituturkan oleh para supir travel Trans
Jaya.
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua wujud kosakata bahasa prokem.
Adapun sampel tersebut berjumlah 40 kosakata bahasa prokem yang digunakan oleh
supir travel Trans Jaya. Agen travel Trans Jaya yang membuka jalur Semarang –
Jepara, Jepara – Semarang, Semarang – Jogja, Jogja – Semarang, Semarang –
Malang, Malang – Semarang, Semarang – Purwokerto, Purwokerto – Semarang. Di
agen Purwokerto mempunyai pegawai Customer
Servis 4, dan 4 dari Semarang, Driver
yang berasal dari agen Purwokerto 25, dan dari agen Semarang 26. Agen
travel Trans Jaya mulai berdiri tahun 2010. Pada awal berdirinya agaen travel
Trans Jaya sebagian supir yang sudah lama bekerja di agen travel lain, masuk ke
agen travel Trans Jaya memperkenalkan bahasa sandi yang semulanya tidak
diketahui maksud dan maknanya oleh supir-supir baru. Akirnya mereka mempunyai
keunikan saat berkomunikasi dengan sesama supir. Mereka berkomunikasi
menggunakan bahasa sandi, yang tidak diketahui oleh orang lain diluar komunitas
mereka.
Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sample). Artinya, peneliti
seca sengaja mengambil sampel dengan argumentasi dan pertimbangan tertentu
(Arikunto, 1987:113). Alwasilah (2003:146), menyebutkan tujuan pemilihan purposif sample yaitu dengan asumsi
bahwa sampel itu mewakili popilasinya, setiap anggota dari populasi mendapatkan
kesempatan atau peluang untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan sampel
dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah data yang terbatas pada sopir travel
Trans Jaya saja, sehingga tidak bisa mengambil jumlah yang lebih besar lagi.
Untuk itu peneliti mengambil sampel data dengan jumlah 39, baik dalam kosa kata
maupun bentuk dialog.
C.
Instrumen
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan instrumental utama berupa pedoman observasi ke lapangan,
sebagai langkah untuk pengambilan data yang akan diteliti. Pedoman observasi
diturunkan dari kajian teori fonologi, morfologi, semantik, dan fungsi
penggunaan bahasa dengan menggunakan instrumen yang berupa seperangkat kriteria
yang muncul pada bahasa prokem di kalangan supir travel Trans Jaya. Observasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar pada saat proses pengambilan
data dapat melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan dan sudut pandang
informan yang mungkin tidak terkuak melalui wawancara atau survei.
D.
Metode
dan Teknik Pengumpulan Data
Data
dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang akan
ditempuh dengan beberapa cara, di antaranya yaitu dengan observasi di lapangan,
wawancara, memberi daftar pertanyaan, simak dan catat. Penggunaan metode ini
didasarkan pada:
a. Peneliti
berhadapan langsung dengan informan adalah lebih efektif dalam mengemukakan
pertanyaan dan memperoleh jawaban informan
b. Peneliti
memperoleh kesempatan memperhatikan, mencatat, mendengar dan mengumpulkan
keterangan-keterangan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti.
E.
Metode
dan Teknik Analisis Data
Analisis
data dalam penelitain ini menggunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan
adalah teknik distribusional. Teknik distribusional adalah teknik menganalisis
data apa adanya, dalam hal ini menggunakan alat penentu dari unsur bahasa itu
sendiri. Dasar penentu distribusional adalah teknik pemilihan data berdasarkan
kriteria tertentu dari segi kegramatikalan sesuai dengan ciri-ciri alami yang
dimiliki oleh data penelitian. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan berupa
bentuk bahasa dalam struktur fonologis, karakteristik pembentukan kosa kata
serta fungsi penggunaan bahasa prokem.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab
ini memuat hasil penelitian dan pembahasan terhadap bahasa prokem di kalangan
supir travel Trans Jaya. Hasil penelitian ini akan disajikan disertai dengan
pembahasannya. Hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk tabel-tabel yang
diuraikan secara rinci dalam pembahasan.
A.
Hasil
Penelitian
Berdasarkan
penelitian terhadap bahasa prokem di kalangan supir travel Trans Jaya, bentuk
bahasa dalam struktur fonologis kosakata bahasa prokem supir travel Trans Jaya
jurusan Purwokerto-Semarang, karakteristik pembentukan bahasa prokem komunitas
supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang, Mendeskripsikan Fungsi
bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang.
Semua
bentuk tabel hasil penelitian akan diuraikan secara rinci dalam pembahasan. Hal
terpenting mengenai bahasa prokem ialah, bahwa bahasa prokem merupakan bahasa
sandi, yang bersifat bebas tanpa terikat oleh rumus atau kode-kode bahasa
tersebut. Bahasa prokem lebih menonjol sebagai bahasa sandi yang dipakai oleh
kelompok tertentu. Setiap orang dalam suatu kelompok pengguna bahasa prokem,
bebas memberi interprestasi tersebut kemudian secara sengaja diakui dan
digunakan oleh para pengguna bahasa prokem. Inilah yang merupakan pembeda
bahasa prokem dengan bahasa gaul lainnya. Berikut ini
Tabel 1. Bentuk Bahasa Dalam
Struktur Fonologis Pada Bahasa Prokem Komunitas Supir Trans Jaya Jurusan
Purwokerto-Semarang
Bentuk
Bahasa Dalam Struktur Fonologis
|
Kosakata
Prokem
|
Asal
kata
|
Arti
|
Penggantian vokal
|
Api
Pinamping
Gombret
|
Apa
Penumpang
Gembrot
|
Apa
Penumpang
Gemuk
|
Penghilangan suku
kata pertama/terakhir
|
But
Rasi
Bro
Sis
|
Kabut
Oprasian
Brother
Persis
|
Kabut
Oprasian
lalu lintas
Sebutan
untuk laki-laki
Persis
|
Pemindahan vokal suku
pertama dan terakhir
|
Saip
|
Siap
|
Siap
|
Pembalikan suku kata
|
Recoboh
Erop
|
Ceroboh
Oper
|
Ceroboh
Pindah armada(mobil)
|
Tabel
1 menunjukan adanya 2 perubahan struktur fonologis bahasa prokem, varian bahasa
Jawa. Perubahan tersebut yaitu penggantian vokal, penghilangan suku kata
pertama, penggantian vokal dan konsonan, pemindahan vokal suku pertama dan
terakir, dan pembalikan suku kata
Tabel 2. Pembentukan Kosakata
Bahasa Prokem Dalam Struktur Fonologis dan Artinya Pada Bahasa Prokem Komunitas
Supir Trans Jaya Jurusan Purwokerto-Semarang
Kosakata
Prokem
|
Arti
|
Si ijo
Tangan ireng
Piringan
Lamat
Mlaku semut
Kidang mlayu
Coag
Ngecis
Umel-emel
Cusian
Njukan
Sisawela
Mukiyo
Petewele
Tengikan
Ndahndoh
Pah-poh
Mukalan
Koya
Grogoh
Preketek
Nginumi jaran
Lapendos
Nginuman
Tjne mogok
Tengik
Nyeng-nyeng
Ngerli
Sipopop
|
Polisi
Cegatan
Berhenti/istirahat
untuk makan
Lampu lalulintas
sedang mati
Jalan macet
Jalan sepi dan bisa
jalan dengan cepat
Jalannya rusak
Banyak omongannya
Kucel
Berangkat
Sampai
Alamat
Orang yang bicaranya
tidak masuk akal
Tidak jadi berangkat
Kecelakaan
Orang yang bodoh
Orang yang suka
melamun
Membuat malu
Pembohong
Orang yang tidak
jelas
Omong kosong
Mengisi solar (bahan
bakar)
Laki-laki penuh dosa
Solar
Mobilnya mogok
Ketabrak
Bego
Jalannya lagi di
aspal
Menanyakan keberadaan
|
Tabel
2 diatas menunjukan adanya beberapa kosakata dalam bahasa prokem yang sulit di
identifikasikan dari mana asal katanya. Namun kosakata dalam bahasa prokem yang
tidak melalui perubahan struktur fonologis dan proses morfologis tersebut,
namun masih bisa dikaji dari segi maknanya.
B.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini akan dibahas
mengenai bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan
Purwokerto – Semarang dalam struktur fonologis, proses pembentukan bahasa
prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang, fungsi
bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang. Di
dalam pembahasan ini akan disajikan contoh data beserta ulasan data yang telah diteliti.
Kehadiran bahasa prokem dapat dianggap
wajar karena sesuai dengan tuntutan. Masa pemakaiannya terbatas dan digunakan
pada situasi yang tidak resmi. Jika mereka berada di luar dari pengguna
kelompok dari bahasa prokem , maka bahasa yang digunakan akan beralih ke bahasa
lain yang berlaku pada tempat tersebut. Kehadiran bahasa prokem dalam
lingkungan dan dalam bahasa sebenarnya tidak perlu dirisaukan karena sesuai
dengan sifat bahasa yang mana suka, karena bahasa itu timbul sesuai dengan
keinginan para penggunanya dan berkembang sesuai dengan fungsi dan keperluan
masing-masing.
Hal yang terpenting dalam mempelajari
bahasa gaul, dalam hal ini bahasa prokem adalah ciri-ciri yang bersifat
universal. Bahasa prokem sebagai salah satu varian bahasa gaul mempunyai ciri
yang menonjol yaitu bersifat rahasiadan merupakan bahasa sandi yang telah
dipakai oleh suatu kelompok tertentu.
Dalam kosakata bahasa prokem tidak
terdapat rumus yang pasti bagaimana kosakata tersebut dapat terjadi, yang
terpenting adalah bahasa tersebut sukar diketahui oleh orang lain diluar
kelompok yang menggunakan bahasa prokem. Bahasa prokem ini bersifat bebas,
antara bentuk dan maknannya pun bebas dan tidak terikat oleh rumusan bahasa
yang pasti.
A.
Bentuk
bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto –
Semarang dalam struktur fonologis.
Struktur fonologis prokem varian bahasa
Jawa, mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain zeroisasi sebagai
penghematan pengucapan kata, metatesis yang merupakan perubahan letak huruf,
bunyi atau suku kata dalam kata serta diftongisasi, yaitu perubahan bunyi vokal
tunggal (monoftong) menhadi dua bunyi vokal rangkap (diftong) secara berurutan.
1.
Perubahan
Struktur Fonologis Bahasa Prokem Supir Travel Trans Jaya Jurusan
Purwokerto-Semarang
Perubahan struktur fonologis bahasa
prokem varian bahasa Jawa mempunyai delapan perubahan. Perubahan tersebut,
yaitu 1) penghilangan vokal terakhir, 2) penghilangan suku kata terakhir, 3)
penambahan vokal, 4) penggantian vokal, 5) penggantian konsonan, 6)
penghilangan suku kata pertama, 7) pembalikan konsonan, 8) pemertahanan suku
kata pertama dan konsonan pertama suku kata kedua. Namun peneliti hanya
menemukan 4 perubahan struktur fonologis, perubahan struktur fonologis yang
ditemukaan yaitu: 1) Penggantian vokal, 2) Penghilangan suku kata pertama, 3) Pemindahan
vokal, 4) Pembalikan suku kata.
1)
Penggantian
Vokal
Perubahan struktur fonologis dengan
penggantian vokal, disebut huga dengan metatesis. Hal ini karena terjadi
perubahan letak vokal/bunyi dalam suatu suku kata di dalam kata. Contoh sebagai
berikut:
(1) Api koe arep jikot gaji wulan kiye?
Apa kamu mau ambil gaji
bulan ini?
(2) Pinamping sing nang Teluk ora kejemput.
Penumpang yang di Teluk
tidak dijemput.
(3) Sigombret
ora nglomboni.
Sigendut tidak berbohong.
Pada data (1) tersebut di atas, terdapat
kata api. Kata api berasal dari kata apa, apa menjadi api perubahan yang terjadi adalah penggantian vokal /a/ menjadi
/i/. Kata pinamping pada data (2),
berasal dari kata penumpang, perubahan yang terjadi adalah /e/ menjadi /i/, /u/
menjadi /a/, dan /a/ menjadi /i/. Pada data (3) terdapat kata gombret. Kata gombret berasal dari kata gembrot, perubahan yang terjadi adalah
/e/ menjadi o, dan /o/ menjadi /e/.
2)
Penghilangan
suku kata pertama/terakhir
Penghilangan suku kata pertama terjadi
pada perubahan bahasa prokem varian bahasa Jawa. Perubahan struktur fonologis
dengan penghilangan suku kata pertama atau suku kata terakhir, dapat dibuktikan
berdasarkan contoh berikut:
(4) But neng
Wonosobo lagi kandel banget.
Kabut di Wonosobo sedang tebal
sekali.
(6),(5)Bro nang Kedu ana rasi.
Bro di Kedu ada operasian.
(7) Sis nang dalan buntu kae.
Persis di jalan buntu itu.
Pada data (4) terdapat kata but yang berasal dari kata kabut. Kabut
menjadi but, perubahan yang terjadi adalah penghilangan suku kata pertama ka, sehingga menjadi but. Kata bro pada data (6) berasal dari kata brother, perubahan yang terjadi adalah penghilangan suku kata
terakhir yaitu ther, sehingga menjadi
bro. Pada kata rasi dalam data (5) berasal dari oprasian, perubahan yang terjadi
adalah penghilangan suku kata pertama op dan penghilangan suku kata terakhir
an. Data (7) terdapat kata sis yang
berasal dari kata persis. Persis menjadi sis, perubahan yang terjadi adalah
penghilangan suku kata pertama per, sehingga menjadi sis.
3)
Pemindahan
vokal
Pada
perubahan struktur fonologis bahasa prokem varian bahasa Jawa mengalami
pemindahan vokal. Hal ini terlihat dari contoh berikut:
(8) Wis saip jam 1 malah kon mangkat jam 3
Sudah siap jam 1 malah suruh
berangkat jam 3
Pada
data (8) terdapat kata saip yang
berasal dari kata siap. Siap menjadi saip, perubahan yang terjadi adalah pemindahan
vokal /i/ menjadi /a/ yang berada dibelakangnya. Dan /a/ menjadi /i/ yang ada
didepannya
4)
Pembalikan
suku kata
Perubahan
suku kata juga terjadi pada perubahan struktur fonologis bahasa prokem varian
bahasa Jawa mengalami pembalikan suku kata. Contohnya sebagai berikut:
(9) Santo pancen wonge recoboh, armadane nabrak.
Santo pance orangnya ceroboh, armadane nabrak
(10)Mengko nang Temanggung di erop ya?
Nanti di Temanggung di
oper ya?
Pada
data (9) terdapat recoboh yang
berasal dari kata ceroboh. Ceroboh menjadi recoboh
mengalami pembalikan suku kata antara huruf konsonan /c/ menjadi /r/ huruf
vokal /e/ yang tetap dan yang terakhir konsonan /r/ menjadi konsonan /c/. Atau
pembalikan suku kata cer menjadi rec . Kata erop pada data (10) yang berasal dari kata oper. Oper menjadi erop mengalami pembalikan kata, op menjadi
er dan er menjadi op.
2.
Karakteristik
Pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto
– Semarang.
Bahasa prokem memiliki
perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar dengan bahasa pada umumnya. Bahasa
prokem relatif mengacukan bahasa tertentu, pemakaiannya sendiri terbatas pada
kelompok tersebut saja
Menurut Adiwijaya (2008:3) menjelaskan
bahwa ada tiga unsur morfologis dalam bahasa prokem.
1.
Kata-kata
biasa diberi arti baru
(11),(5)
Si
ijo lagi rasi neng Temanggung
Polisi lagi oprasian di Temanggung
(12)Aja lewat Ambarawa ana tangan ireng
Jangan lewat Ambarawa ada cegatan
Pada
data (11) terdapat kata si ijo, ijo
dapat mempunyai arti warna. Tetapi di dalam komunitas supir travel Trans Jaya
diartikan sebagai polisi. Tangan ireng
pada data (12). Tangan ireng
mempunyai arti tangan yang hitam. Pada komunitas ini mereka mengartikan
cegatan.
2.
Kata-kata
jadian
Kata-kata
jadian merupakan kata-kata yang dibuat oleh komunitas tertentu, yang hanya
diketahui oleh komunitas tersebut. Pada tabel 3 dibawah ini adalah temuan data
kata-kata jadian yang ada di komunitas supir travel Trans Jaya jurusan
Purwokerto-Semarang.
Tabel 3
Kosakata
Prokem
|
Arti
|
Piringan
Lamat
Mlaku semut
Kidang mlayu
Coag
Ngecis
Umel-emel
Cusian
Njukan
Sisawela
Mukiyo
Petewele
Tengikan
Ndahndoh
Pah-poh
Mukalan
Koya
Grogoh
Preketek
Nginumi jaran
Lapendos
Nginuman
Tjne mogok
Tengik
Nyeng-nyeng
Ngerli
Sipopop
|
Berhenti/istirahat
untuk makan
Lampu lalulintas
sedang mati
Jalan macet
Jalan sepi dan bisa
jalan dengan cepat
Jalannya rusak
Banyak omongannya
Kucel
Berangkat
Sampai
Alamat
Orang yang bicaranya
tidak masuk akal
Tidak jadi berangkat
Kecelakaan
Orang yang bodoh
Orang yang suka
melamun
Membuat malu
Pembohong
Orang yang tidak
jelas
Omong kosong
Mengisi solar (bahan
bakar)
Laki-laki penuh dosa
Solar
Mobilnya mogok
Ketabrak
Bego
Jalannya lagi di
aspal
Menanyakan keberadaan
|
3.
Kata-kata
baru yang tidak diketahui akarnya.
(20),(22)
Aku wis cusian lagi goleti sisawela
Aku sudah berangkat lagi mencari alamat
(29),(23),(28) Santo pancen koya banget, mukiyo mukalan supir liyane
Santo memang pembohong,
ngomongnya tidak masuk akal memalukan supir lainnya
(25),(24) Gara-gara armadane tengikan dadi aku petewele
Gara-gara armadanya kecelakaan jadi aku tidak jadi berangkat
Pada data (20),
(23), (24), (25), (28), (29) terdapat kata cusian,
sisawela, mukiyo, petewele,tengikan, mukalan, koya. Semua kata tersebut
tidak bisa diketahui asal-usulnya, dan tidak diketahui akarnya.
3.
Fungsi
bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang.
Bahasa
prokem yang merupakan salah satu variasi bahasa juga memiliki fungsi tersendiri
bagi kehidupan setiap individu. Ermi (dalam Setyawan 2009:24) memaparkan bahwa
ada beberapa fungsi yang mendasar dari bahasa prokem adalah sebagai berikut.
1. Mengekspresikan
dari kedekatan hubungan
Prokem lebih menekankan pada hubungan
nggota penggunannya, berbeda dengan anggota kelompok lain, hal ini akan
menyebabkan keakraban diantara anggota kelompok.
Supir trans Jaya menggunakan bahasa
prokem dengan tujuan untuk mempererat kedekatan diantara supir-supir lainnya.
2. Mengekspresikan
solidaritas kelompok
Prokem digunakan sebagai wujud ungkapan
kesetiakawanan dan keterikatan antara anggota komunitas. Terbukti supir travel
dari agen travel lainnya, dan penumpangnnya tidak mengetahui apa yang mereka
bicarakan.
3. Kebutuhan
mengalihkan topik pembicaraan
Prokem yang hanya dipahami oleh sebuah
komunitas mampu mengalihkan pembicaraan yang dianggap membosankan.
4. Menunjukan
rasa humor
Prokem yang dianggap tidak dimengerti
orang lain bisa digunakan untuk melakukan percakapan lucu yang menyinggung
orang lain.
5. Menunjukan
identitas kelompok
Prokem sebagai bahasa yang dikembangkan
oleh kelompok merupakan identitas dari kelompok tertentu yang berbeda dengan
kelompok lainnya.
6. Kesenangan
Prokem sebagai bahasa yang tidak
dimengerti menjadi lucu menjadikan penggunaanya senang dalam penggunaannya.
7. Menunjukan
keakraban atau keintiman
Orang juga menggunakan bahasa prokem
untuk menambah kedekatan dengan orang lain terutama didalam sebuah kelompok.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang bahasa prokem di komunitas supir travel
Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan
bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto
– Semarang dalam struktur fonologis. Perubahan
Struktur Fonologis bahasa prokem yang diteliti dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Penggantian
vokal,
b. Penghilangan
suku kata pertama,
c. Pemindahan
vokal,
d. Pembalikan
suku kata.
2. Berdasarkan
karakteristik Pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya
jurusan Purwokerto – Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kata-katanya
bisa diberi arti baru
b. Kata-katanya
merupakan kata-kata jadian
c. Terdapat
kata-kata baru yang tidak diketahui akarnya.
3. Berdasarkan
fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan
Purwokerto-Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Mengekspresikan
dari kedekatan hubungan
b. Mengekspresikan
solidaritas kelompok
c. Kebutuhan
mengalihkan topik pembicaraan
d. Menunjukan
rasa humor
e. Menunjukan
identitas kelompok
f. Kesenangan
g. Menunjukan
keakraban atau keintiman
B.
Keterbatasan
Penelitian
Di
dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa keterbatasan pada saat
melakukan proses pengambilan data di lapangan. Keterbatasan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tidak
semua kosa kata dalam bahasa prokem dapat diidentifikasikan berdasarkan
perubahan struktur fonologisnya, dan proses pembentukan kata secara morfologis.
2. Adanya
keterbatasan kemampuan dan waktu pada saat penelitian.
3. Masih
banyak kosa kata yang tidak dapat diikut sertakan peneliti, karena banyaknya
kosa kata bahasa prokem di komunitas supir travel Trans Jaya.
C.
Saran
1. Bagi
pembaca, penelitian tentang bahasa prokem ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas mengenai bahasa prokem. Bahwa bahasa prokem merupakan salah satu varian
bahasa gaul yang dipake oleh komunitas tertentu. Oleh karena itu pembaca dapat
memberi interpretasi yang lebih kreatif dan menciptakan lebih banyak lagi
kosakata dalam bahasa prokem.
2. Bagi
peneliti, penelitian tentang bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans
Jaya ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Masih banyak
masalah-masalah yang belum diteliti. Misalnya batasan waktu bahasa prokem
digunakan, dan faktor-faktor lain mengenai bahasa prokem. Selai itu, selain itu
dapat pula dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sebab banyak
komunitas-komunitas lain yang menggunakan bahasa prokem.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar