Makalah Bahasa Prokem

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antar sesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya.
            Menurut Abdul Chaer (2004:11) bahasa adalah sebuah lambang berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama. Namun, karena bahasa digunakan oleh penutur yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kridalaksana (2008:225), yang mendefenisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Manusia sesuai dengan kodratnya tidak dapat tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan mahluk di sekitarnya. Oleh karena itu, bahasa merupakan sarana yang paling cocok digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi.
Tanpa bahasa manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi antar sesama anggota masyarakat. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, isyarat, simbol, lambang, gambar, atau kode tertentu, juga ddapat digunakan sebagai alat komunikasi. Namun dengan menggunakan bahasa maka komunikasi akan terasa lebih sempurna dan efektif.
Sosiologi telah lama mencatat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak hanya bisa dibedakan berdasarkan tempat tinggalnya, melainkan juga atas dassar kondisi sosialnya. Perbedaan kelompok yang bersifat sosial bisa ditentukan oleh jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan kedudukan dalam masyarakat. Hal yang lainnya juga ditentukan oleh status ekonomi yang membedakan kelompok kaya dan kelompok miskin atau status sosial seperti yang kita ketahui padda masyarakat yang mengenal kasta atau adanya kelompok terdidik dan tidak terdidik.
Masyarakat pada saat ini sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh sekelompok/komunitas masyarakat tertentu. Sebenarnya hal tersebut tidak dilarang penggunaanya. Jika dikategorikan, merupakan salah satu varian bahasa yang hanya dimengerti oleh sekelompok/komunitas masyarakat tertentu dikategorikan sebagai bahasa prokem yang termasuk ke dalam bahasa prokem yang menambah khazanah kekayaan bahasa di Indonesia. Hal yang menyebabkan bahasa komunitas  dapat disebut sebagai masalah adalah apabila bahasa komunitas tersebut menggeser penggunaan bahasa pada umumnya.
Di tengah-tengah kehidupan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya ini, sebuah komunitas pasti menginginkan adanya perubahan bahasa yang lebih baru dan segar dengan tujuan untuk mengintimkan percakapan atau untuk menghindari kebosanan. Perubahan tersebut muncul seiring dengan adanya kreativitas remaja itu sendiri dalam praktiknya dalam berbahasa. Sebuah komunitas berupaya menciptakan alat komunikasi yang efektif di antara mereka sebgai ciri khas bagi komunitasnya.
Salah satu ragam bahasa gaul yang dipakai oleh remaja adalah bahasa prokem. Bahasa prokem yang digunakan sebagai alat komunikasi ini merupakan bahasa sandi yang digunakan penuturnya sebagai bahasa khusus untuk komunitas mereka.
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa prokem di komunitas supir travel. Masalah ini menarik untuk diteliti karena mengingat dewasa ini banyak bermunculan bahasa-bahasa unik yang sengaja diciptakan oleh komunitas supir travel sebagai hal yang baru dan berbeda dari bahasa lainnya.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan didasarkan pada sumber lisan, yakni sebagian dari komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang. Trans Jaya merupakan agen travel yang membuka jalur Semarang – Jepara, Jepara – Semarang, Semarang – Jogja, Jogja – Semarang, Semarang – Malang, Malang – Semarang, Semarang – Purwokerto, Purwokerto – Semarang. Di agen Purwokerto mempunyai pegawai Customer Servis 4, dan 4 dari Semarang, Driver yang berasal dari agen Purwokerto 25, dan dari agen Semarang 26. Agen travel Trans Jaya mulai berdiri tahun 2010.
Pada awal berdirinya agaen travel Trans Jaya sebagian supir yang sudah lama bekerja di agen travel lain, masuk ke agen travel Trans Jaya memperkenalkan bahasa sandi yang semulanya tidak diketahui maksud dan maknanya oleh supir-supir baru. Akirnya mereka mempunyai keunikan saat berkomunikasi dengan sesama supir.
Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa sandi, yang tidak diketahui oleh orang lain diluar komunitas mereka. Kosakata bahasa sandi tersebut yang dalam tinjauan sosiolinguistik disebut bahasa prokem dapat dianalisis dari segi fonologis, morfologis, jenis makna dan fungsi penggunaan bahas. Sebagai contoh “sutraya”. “sutraya” barasal dari singkatan supir trans jaya. “erop”, “erop” berasal dari kata oper, mengalami pembalikan vokal /e/ menjadi /o/. Hal ini terjadi karena remaja menginginkan sesuatu yang berbeda dan lebih inovatif dari supir-supir agen lainnya.
Supir travel Trans Jaya yang menggunakan bahasa prokem, tergolong supir yang kreatif. Mereka menciptakan bahasa yang hanya digunakan oleh komunitas mereka, tanpa boleh diketahui oleh orang lain di luar komunitas mereka. Secara sadar, mereka akan beralih menggunakan bahasa lain, apabila ada orang lain di luar komunitas mereka mengajak komunikasi. Hal yang menarik untuk diteliti dari para supir travel tersebut adalah wujud penggunaan bahasa yang mereka gunakan, dalam hal ini adalah bahasa prokem. Berdasarkan hal itulah penulis tertarik mengadakan penelitian tentang penggunaan bahasa prokem dikalangan supir travel Trans Jaya Jurusan Purwokerto – Semarang.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang dalam struktur fonologis?
2.      Karakteristik pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang?
3.      Fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang dalam struktur fonologis.
2.      Mendeskripsikan karakteristik pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang.
3.      Mendeskripsikan Fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang
D.    Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi secara mendalam mengenai perubahan struktur secara fonologis, proses pembentukan kata, jenis makna, dan fungsi penggunaan kosakata dalam bahasa prokem yang digunakan oleh komunitas supir travel Trans Jaya Jurusan Purwokerto – Semarang. Bagi pengembangan ilmu bahasa, penelitian ini dimaksudkan untuk memperdalam hasil kajian terhadap penggunaan bahasa prokem dalam bidang kajian sosiolinguistik.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu wacana dalam usaha memperbanyak dan memperkaya penelitian sosiolinguistik bahasa Jawa. Di sisi lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengguna bahasa prokem, untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana bahasa prokem dalam tinjauan sosiolinguistik dengan pedoman pada peningkatan pengetahuan.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini merupakan teori gabungan dari pada ahli bahasa, dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pemilihan teori dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan hubungan yang relevan terhadap masalah yang akan diteliti yaitu bahasa prokem dikalangan supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang. Teori-teori tersebut adalah hakikat bahasa, variasi bahasa, pengertian bahasa prokem, karakteristik bahasa prokem, fungsi bahasa prokem dan penelitian yang relevan
Bahasa Prokem sebagai hasil modifikasi bahasa kelompok remaja menimbulkan multi tafsir bagi seorang yang mendengarkannya. Kadang kala orang yang mendengarkan hanya tertawa, bahkan bingung tidak mengerti apa yang dibicarakan. Selain itu, proses pembentukan kosa katanya menarik untuk di telusuri dan dikaji, bagaimana sebuah kata unik dapat berbentuk, sehingga dapat terjadi sebuah komunikasi yang kompleks.
Keunikan bahasa remaja itu yang mendorong beberapa peneliti untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan bahasa prokem. Penelitian tersebut merupakan bentuk pendeskripsian sebuah bahasa kelompok yang terus berkembang sampai sekarang. Penelitian bahasa prokem yang relevan dengan penelitian ini anatara lain dilakukan oleh Ellenia (2008), Septaria (2009), dan Setyawan (2010).
Ellenia (2008) melakukan penelitian yang berjudul Bahasa Prokem Polisi di Surabaya: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik. Penelitian ini merupakan pengungkapan dari bahasa sekunder polisi sebagai penegak hukum. Penelitian ini memaparkan masalah tentang makna, bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa prokem pada polisi yang bertugas di Surabaya. Penelitian ini menarik untuk disimak, kerena mengungkap penggunaan bahasa prokem yang digunakan polisi sebagai aparatur negara. Selai itu, dipaparkan pula tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa pada polisi, tentnunya akan berbeda dengan faktor penggunaan bahasa mahasiswa, pelajar, atau kelompok masyarakat lain yang menggunakan bahasa prokem. Kelemahan penelitian ini adalah pada objek kajian itu sendiri. Objek yang digunakan tidak terfokus pada daerah tertentu yang lebih kecil, sehingga dimungkinkan terdapat perbedaan kesepakatan penggunaan bahasa prokem tersebut.
Septaria (2009) melakukan penelitian dengan judul penggunaan bahasa prokem dalam komunikasi bahasa jawa SMP N 1 Purbalingga penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SMP ini, lebih ditekankan pada penggunaan bahasa prokem pada remaja sekolah. Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah tentang bentuk, proses, dan penggunaannya. Dalam deskripsinya dipaparkan bahwa bentuk bahasa prokem terdiri dari kata tunggal dan komplek. Proses pembentukan bahasa prokem remaja sekolah antara lain : 1) penciptaan kata baru dengan kata baru atau lama, 2) adopsi kata bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, 3) proses afiksasi, pemendekan reduplikasi, dan akronim. Kekurangan pada penelitian ini adalah kurang maksimalnya analisis data
A.    Hakikat bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik dan paling sempurna dibanding dengan alat-alat komunikasi yang lain. Bahasa mempunyai ciri sebagai alat interaksi sosial dan sebagai alat mengidentifikasi diri. Dengan bahasa, orang dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauannya kepada orang lain dalam suatu kelompok masyarakat.
Bahasa asalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitree, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Setiap bahasa mempunyai pola aturan-aturan tertentu dalam hal tata bunyi, kata, kalimat, dan makna. Berbagai faktor yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa, seperti usia, pendidikan, agama, profesi, dan latar beelakang budaya daeerah, juga bisa menyebabkan adanya keragaman bahasa.
Nababan (1993:46) memberi pengertian bahasa sebagai suatu sistem perisyaratan (semiotik) yang terdiri atas unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-unsur itu. Bahasa juga di identifikasikan sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakatuntuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008: 24). Chaer (2004: 11) mendefinisikan bahasa sebagai sebuah sistem, yang artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat kaidahnya. Bahasa itu bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki oleh manusia. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Dengan menggunakan bahasa komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna (Chaer, 1998: 2).
Bahasa sebagai milik masyarakat tersimpan dalam masing-masing individu. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa dan tingkah laku bahasa individual ini dapat berpeengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa yang lain (Sumarsono, 2008: 19).
Berdasarkanpada beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bahasa memuat tiga kepentingan utama yakni informatif, ekspresif, direktif. Manusia dan bahasa addalah salah satu kesatuan yang utuh. Dengan bahasa, segala informasi dan ekspresi manusia dapat tercurahkan dimanapun manusia berada, bahasa akan selalu ada dalam jiwa manusia. Seperti halnya yang tersebut di atas, bahwa bahasa sebagai milik masyarakat tersimpan dalam masing-masing individu.
B.     Variasi bahasa
Menurut Chaer (2004:61) sebuah bahasa mempunyai sistem dan sub sistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa. Namun, karena penutur bahasa tersebut berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret (parole) menjadi tidak seragam. Bahasa pun menjadi beragam dan bervariasi.
Variasi bahasa adalah wujud perubahan atau perbedaan dari berbagai menivestasi kebahasaan, namun tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Dalam variasi bahasa, terdapat dua pandangan. Pertama variasi dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi variasi tersebut terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua variasi atau ragam bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer, 2004:62).
Berbeda dengan Chaer, menurut Wardhaugh (1988:22), variasi bahasa merupakan seperangkat khusus hal-hal mengenai linguistik atau pola tutur manusia seperti bunyi, kata, dan ciri-ciri gramatikal. Pola tutur manusia tersebut secara unik dapat dihubungkan dengan faktor eksternal, seperti daerah geografi dan kelompok sosial.
Kridalaksana (2008:253) menyebut variasi bahasa sebagai satuan yang sekurang-kurangnya mempunyai dua variasi yang dipilih oleh penutur bahasa. Variasi tersebut tergantung dari faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, status sosial, dan situasi. Variasi itu dianggap sistematiss karena merupakan interaksi antara faktor sosial dan faktor bahasa.
Berdasarkan pada pengertian mengenai variasi bahasa menurut para ahli diatas, variasi bahassa dapat disimpulkan sebagai keragaman bahasa yang lazim digunakan dan tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Keragaman ini justru akan menambh khazanah kebahasaan yang sudah ada sebelumnya.
Variasi bahasa dari segi pemakai atau penutur menurut Chaer (2004-62-64) dapat dibedakan atas idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Idolek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempaat, wilayah, atau area tertentu. Dialek juga didefinisikan sebagai sub unit regional dalam kaitannya dengan satu bahasa, khususnya dalam logat aslinya atau realisasi ujarannya (Fishman via Alwasilah, 1985:49). Kronolek adalah variasi variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, kelas sosial para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, keadaan, ekonomi, dan sebagainya.
Variasi bahasa dapat juga disebabkan oleh gaya, Joss (dalam Soeparno, 2002:75) membedakan lima macam gaya berdasarkan tingkat kebakuaannya. Kelima macam gaya tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Gaya Frozen
Gaya ini juga disebut sebagai beku karena pembentukannya tidak pernah berubah dari masa ke masa.
b.      Gaya Formal
Gaya ini juga disebut sebagai gaya baku. Gaya ini digunakan pada situasi resmi
c.       Gaya Konsultatif
Gaya ini juga disebut sebagai gaya usaha, karena bentuknya terletak antara gaya formal dan informal. Gaya ini bayak dipergunakan dari kalangan bisnis.
d.      Gaya Kasual
Gaya ini disebut juga gaya informal atau santai. Gaya ini menggunakan unsur leksikal dialek dan unsur daerah.
e.       Gaya Intim
Gaya ini disebut juga sebagai gaya akrab karena biasanya dipergunakan oleh para penuturnya yang hubungannya sudah sangat akrab.
C.    Pengertian Bahasa Prokem
Bahasa menjadi alat komunikasi bagi mahluk yang berada di dunia ini. Terdapat banyak bahasa yang ada di dunia ini. Seiring perkembangan zaman, mulai banyak muncul modifikasi bahasa yang dibuat oleh beberapa komunitas. Modifikasi bahasa yang hanya dapat dipahami oleh anggota dalam komunitas tersebut. Hal ini sering sebut sebagai bahasa prokem.
Sumarsono (2008:153) mendefinisikan bahasa prokem sebagai salah satu tuturan remaja yang khas dan muncul di Jakarta. Hal ini dikarenakan penggunaan bahasa prokem yang pertama adalah di Jakarta.
Menurut pendapat Partana dan Sumarsana (2008:154) bahasa prokem merupakan bahasa yang awalnya digunakan oleh kaum pencoleng, pencopet, bandit dan sebangsanya yang memilki fungsi sebagai bahasa rahasia, namun bahasa tersebut digunakan oleh para remaja khususnya di Jakarta.
Sementara itu, Adiwijaya (2008:2) mendefinisikan bahasa prokem sebagai bahasa remaja yang berkecenderungan mencetak atau merangkai bahasanya sendiri sebagai lambang suatu kelompok untuk mengisyaratkan kepribadian kelompok tersebut.
D.    Karakteristik bahasa Prokem
Sebagai salah satu variasi bahasa, bahasa prokem memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan jenis bahasa yang lain. Bahasa prokem memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar dengan bahasa pada umumnya. Bahasa prokem relatif mengacukan bahasa tertentu, pemakaiannya sendiri terbatas pada kelompok tersebut saja
      Adiwijaya (2008:3) menjelaskan bahwa ada tiga unsur morfologis dalam bahasa prokem.
1.      Kata-kata biasa diberi arti baru
2.      Kata-kata jadian
3.      Kata-kata baru yang tidak diketahui akarnya.
Sementara itu, ada beberapa karakteristik yang membedakan bahasa prokem dengan variasi bahasa lain, Flexner (dalam Setyawan 2010:23)mencirikan bahasa prokem sebagai berikut:
1.      Merupakan ragam tidak resmi
2.      Merupakan kosakata yang ditemukan oleh kelompok sosial tertentu,
3.      Dapat berbentuk pemendekan kata seperti akronim dan singkatan,
4.      Mempunyai bentuk yang khas dengan berbagai macam pembentukan,
5.      Ada kemiripan bunyi dengan bahasa acuannya.
E.     Fungsi Bahasa Prokem
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahasa prokem yang merupakan salah satu variasi bahasa juga memiliki fungsi tersendiri bagi kehidupan setiap individu. Ermi (dalam Setyawan 2009:24) memaparkan bahwa ada beberapa fungsi yang mendasar dari bahasa prokem adalah sebagai berikut.
1.      Mengekspresikan dari kedekatan hubungan
Prokem lebih menekankan pada hubungan nggota penggunannya, berbeda dengan anggota kelompok lain, hal ini akan menyebabkan keakraban diantara anggota kelompok.
2.      Mengekspresikan solidaritas kelompok
Prokem digunakan sebagai wujud ungkapan kesetiakawanan dan keterikatan antara anggota komunitas.
3.      Kebutuhan mengalihkan topik pembicaraan
Prokem yang hanya dipahami oleh sebuah komunitas mampu mengalihkan pembicaraan yang dianggap membosankan.
4.      Menunjukan rasa humor
Prokem yang dianggap tidak dimengerti orang lain bisa digunakan untuk melakukan percakapan lucu yang menyinggung orang lain.
5.      Menunjukan identitas kelompok
Prokem sebagai bahasa yang dikembangkan oleh kelompok merupakan identitas dari kelompok tertentu yang berbeda dengan kelompok lainnya.
6.      Kesenangan
Prokem sebagai bahasa yang tidak dimengerti menjadi lucu menjadikan penggunaanya senang dalam penggunaannya.
7.      Menunjukan keakraban atau keintiman
Orang juga menggunakan bahasa prokem untuk menambah kedekatan dengan orang lain terutama didalam sebuah kelompok.













BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptid yang bertujuan untuk mendeskripsikan kosakata dalam bahasa prokem. Di dalam deskripsi tersebut, akan dijelaskan perubahan struktur fonologis kosakata bahasa prokem, proses pembentukan kosakata prokem secara mordologis, jenis makna yang terdapat dalam kosakata bahasa prokem, dan fungsi penggunaan kosakata dalam bahasa prokem.
            Penelitian deskriptif hanya menggambarkn apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Djadjasudarma (1993:8) mengatakan bahwa peneliti deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan feneomena yang diteliti.
            Secara sederhana penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan kata-kata dan diungkapkan dalam bentuk kata0kata atau gambar. Moelong (1994:6), menjelaskan bahwa penelitian yang berisi kutipan-kutipan data ssebagai gambaran penyajian laporan penelitian. Data yang disajikan adalah benyuk kata-kata, bukan data yang berupa angka-angka.
B.     Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wujud tuturan kosakata bahasa prokem yang terdapat di kalangan komunitas supir travel Trans Jaya lebih khususnya jurusan Purwokerto-Semarang. Penelitian ini berfokus pada kosakata yang merupakan kosakata bahasa prokem sebagai data penelitiannya. Kosakata tersebut, juga terdapat dalam suatu bentuk dialog yang dituturkan oleh para supir travel Trans Jaya.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua wujud kosakata bahasa prokem. Adapun sampel tersebut berjumlah 40 kosakata bahasa prokem yang digunakan oleh supir travel Trans Jaya. Agen travel Trans Jaya yang membuka jalur Semarang – Jepara, Jepara – Semarang, Semarang – Jogja, Jogja – Semarang, Semarang – Malang, Malang – Semarang, Semarang – Purwokerto, Purwokerto – Semarang. Di agen Purwokerto mempunyai pegawai Customer Servis 4, dan 4 dari Semarang, Driver yang berasal dari agen Purwokerto 25, dan dari agen Semarang 26. Agen travel Trans Jaya mulai berdiri tahun 2010. Pada awal berdirinya agaen travel Trans Jaya sebagian supir yang sudah lama bekerja di agen travel lain, masuk ke agen travel Trans Jaya memperkenalkan bahasa sandi yang semulanya tidak diketahui maksud dan maknanya oleh supir-supir baru. Akirnya mereka mempunyai keunikan saat berkomunikasi dengan sesama supir. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa sandi, yang tidak diketahui oleh orang lain diluar komunitas mereka.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sample). Artinya, peneliti seca sengaja mengambil sampel dengan argumentasi dan pertimbangan tertentu (Arikunto, 1987:113). Alwasilah (2003:146), menyebutkan tujuan pemilihan purposif sample yaitu dengan asumsi bahwa sampel itu mewakili popilasinya, setiap anggota dari populasi mendapatkan kesempatan atau peluang untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah data yang terbatas pada sopir travel Trans Jaya saja, sehingga tidak bisa mengambil jumlah yang lebih besar lagi. Untuk itu peneliti mengambil sampel data dengan jumlah 39, baik dalam kosa kata maupun bentuk dialog.
C.    Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumental utama berupa pedoman observasi ke lapangan, sebagai langkah untuk pengambilan data yang akan diteliti. Pedoman observasi diturunkan dari kajian teori fonologi, morfologi, semantik, dan fungsi penggunaan bahasa dengan menggunakan instrumen yang berupa seperangkat kriteria yang muncul pada bahasa prokem di kalangan supir travel Trans Jaya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar pada saat proses pengambilan data dapat melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan dan sudut pandang informan yang mungkin tidak terkuak melalui wawancara atau survei.
D.    Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang akan ditempuh dengan beberapa cara, di antaranya yaitu dengan observasi di lapangan, wawancara, memberi daftar pertanyaan, simak dan catat. Penggunaan metode ini didasarkan pada:
a.       Peneliti berhadapan langsung dengan informan adalah lebih efektif dalam mengemukakan pertanyaan dan memperoleh jawaban informan
b.      Peneliti memperoleh kesempatan memperhatikan, mencatat, mendengar dan mengumpulkan keterangan-keterangan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti.
E.     Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitain ini menggunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan adalah teknik distribusional. Teknik distribusional adalah teknik menganalisis data apa adanya, dalam hal ini menggunakan alat penentu dari unsur bahasa itu sendiri. Dasar penentu distribusional adalah teknik pemilihan data berdasarkan kriteria tertentu dari segi kegramatikalan sesuai dengan ciri-ciri alami yang dimiliki oleh data penelitian. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan berupa bentuk bahasa dalam struktur fonologis, karakteristik pembentukan kosa kata serta fungsi penggunaan bahasa prokem.










BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan terhadap bahasa prokem di kalangan supir travel Trans Jaya. Hasil penelitian ini akan disajikan disertai dengan pembahasannya. Hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk tabel-tabel yang diuraikan secara rinci dalam pembahasan.
A.    Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian terhadap bahasa prokem di kalangan supir travel Trans Jaya, bentuk bahasa dalam struktur fonologis kosakata bahasa prokem supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang, karakteristik pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang, Mendeskripsikan Fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang.
Semua bentuk tabel hasil penelitian akan diuraikan secara rinci dalam pembahasan. Hal terpenting mengenai bahasa prokem ialah, bahwa bahasa prokem merupakan bahasa sandi, yang bersifat bebas tanpa terikat oleh rumus atau kode-kode bahasa tersebut. Bahasa prokem lebih menonjol sebagai bahasa sandi yang dipakai oleh kelompok tertentu. Setiap orang dalam suatu kelompok pengguna bahasa prokem, bebas memberi interprestasi tersebut kemudian secara sengaja diakui dan digunakan oleh para pengguna bahasa prokem. Inilah yang merupakan pembeda bahasa prokem dengan bahasa gaul lainnya. Berikut ini
Tabel 1. Bentuk Bahasa Dalam Struktur Fonologis Pada Bahasa Prokem Komunitas Supir Trans Jaya Jurusan Purwokerto-Semarang
Bentuk Bahasa Dalam Struktur Fonologis
Kosakata Prokem
Asal kata
Arti
Penggantian vokal
Api
Pinamping
Gombret
Apa
Penumpang
Gembrot

Apa
Penumpang
Gemuk

Penghilangan suku kata pertama/terakhir
But
Rasi

Bro 

Sis
Kabut
Oprasian

Brother

Persis
Kabut
Oprasian
lalu lintas
Sebutan
untuk laki-laki
Persis
Pemindahan vokal suku pertama dan terakhir
Saip
Siap
Siap
Pembalikan suku kata
Recoboh
Erop
Ceroboh
Oper
Ceroboh
Pindah armada(mobil)
Tabel 1 menunjukan adanya 2 perubahan struktur fonologis bahasa prokem, varian bahasa Jawa. Perubahan tersebut yaitu penggantian vokal, penghilangan suku kata pertama, penggantian vokal dan konsonan, pemindahan vokal suku pertama dan terakir, dan pembalikan suku kata
Tabel 2. Pembentukan Kosakata Bahasa Prokem Dalam Struktur Fonologis dan Artinya Pada Bahasa Prokem Komunitas Supir Trans Jaya Jurusan Purwokerto-Semarang
Kosakata Prokem
Arti
 Si ijo
Tangan ireng
Piringan
Lamat
Mlaku semut
Kidang mlayu
Coag
Ngecis
Umel-emel
Cusian
Njukan
Sisawela 
Mukiyo

Petewele
Tengikan
Ndahndoh
Pah-poh
Mukalan
Koya
Grogoh
Preketek
Nginumi jaran
Lapendos
Nginuman
Tjne mogok
Tengik
Nyeng-nyeng
Ngerli
Sipopop
 Polisi
Cegatan
Berhenti/istirahat untuk makan
Lampu lalulintas sedang mati
Jalan macet
Jalan sepi dan bisa jalan dengan cepat
Jalannya rusak
Banyak omongannya
Kucel
Berangkat
Sampai
Alamat
Orang yang bicaranya tidak masuk akal
Tidak jadi berangkat
Kecelakaan
Orang yang bodoh
Orang yang suka melamun
Membuat malu
Pembohong
Orang yang tidak jelas
Omong kosong
Mengisi solar (bahan bakar)
Laki-laki penuh dosa
Solar
Mobilnya mogok
Ketabrak
Bego
Jalannya lagi di aspal
Menanyakan keberadaan

Tabel 2 diatas menunjukan adanya beberapa kosakata dalam bahasa prokem yang sulit di identifikasikan dari mana asal katanya. Namun kosakata dalam bahasa prokem yang tidak melalui perubahan struktur fonologis dan proses morfologis tersebut, namun masih bisa dikaji dari segi maknanya.








B.     Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini akan dibahas mengenai bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang dalam struktur fonologis, proses pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang, fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang. Di dalam pembahasan ini akan disajikan contoh data beserta  ulasan data yang telah diteliti.
Kehadiran bahasa prokem dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan. Masa pemakaiannya terbatas dan digunakan pada situasi yang tidak resmi. Jika mereka berada di luar dari pengguna kelompok dari bahasa prokem , maka bahasa yang digunakan akan beralih ke bahasa lain yang berlaku pada tempat tersebut. Kehadiran bahasa prokem dalam lingkungan dan dalam bahasa sebenarnya tidak perlu dirisaukan karena sesuai dengan sifat bahasa yang mana suka, karena bahasa itu timbul sesuai dengan keinginan para penggunanya dan berkembang sesuai dengan fungsi dan keperluan masing-masing.
Hal yang terpenting dalam mempelajari bahasa gaul, dalam hal ini bahasa prokem adalah ciri-ciri yang bersifat universal. Bahasa prokem sebagai salah satu varian bahasa gaul mempunyai ciri yang menonjol yaitu bersifat rahasiadan merupakan bahasa sandi yang telah dipakai oleh suatu kelompok tertentu.
Dalam kosakata bahasa prokem tidak terdapat rumus yang pasti bagaimana kosakata tersebut dapat terjadi, yang terpenting adalah bahasa tersebut sukar diketahui oleh orang lain diluar kelompok yang menggunakan bahasa prokem. Bahasa prokem ini bersifat bebas, antara bentuk dan maknannya pun bebas dan tidak terikat oleh rumusan bahasa yang pasti.
A.    Bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang dalam struktur fonologis.
Struktur fonologis prokem varian bahasa Jawa, mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain zeroisasi sebagai penghematan pengucapan kata, metatesis yang merupakan perubahan letak huruf, bunyi atau suku kata dalam kata serta diftongisasi, yaitu perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menhadi dua bunyi vokal rangkap (diftong) secara berurutan.
1.      Perubahan Struktur Fonologis Bahasa Prokem Supir Travel Trans Jaya Jurusan Purwokerto-Semarang
Perubahan struktur fonologis bahasa prokem varian bahasa Jawa mempunyai delapan perubahan. Perubahan tersebut, yaitu 1) penghilangan vokal terakhir, 2) penghilangan suku kata terakhir, 3) penambahan vokal, 4) penggantian vokal, 5) penggantian konsonan, 6) penghilangan suku kata pertama, 7) pembalikan konsonan, 8) pemertahanan suku kata pertama dan konsonan pertama suku kata kedua. Namun peneliti hanya menemukan 4 perubahan struktur fonologis, perubahan struktur fonologis yang ditemukaan yaitu: 1) Penggantian vokal, 2) Penghilangan suku kata pertama, 3) Pemindahan vokal, 4) Pembalikan suku kata.
1)      Penggantian Vokal
Perubahan struktur fonologis dengan penggantian vokal, disebut huga dengan metatesis. Hal ini karena terjadi perubahan letak vokal/bunyi dalam suatu suku kata di dalam kata. Contoh sebagai berikut:
(1)   Api koe arep jikot gaji wulan kiye?
Apa kamu mau ambil gaji bulan ini?
(2)   Pinamping sing nang Teluk ora kejemput.
Penumpang yang di Teluk tidak dijemput.
(3)   Sigombret ora nglomboni.
Sigendut tidak berbohong.
Pada data (1) tersebut di atas, terdapat kata api. Kata api berasal dari kata apa, apa menjadi api perubahan yang terjadi adalah penggantian vokal /a/ menjadi /i/. Kata pinamping pada data (2), berasal dari kata penumpang, perubahan yang terjadi adalah /e/ menjadi /i/, /u/ menjadi /a/, dan /a/ menjadi /i/. Pada data (3) terdapat kata gombret. Kata gombret berasal dari kata gembrot, perubahan yang terjadi adalah /e/ menjadi o, dan /o/ menjadi /e/.
2)      Penghilangan suku kata pertama/terakhir
Penghilangan suku kata pertama terjadi pada perubahan bahasa prokem varian bahasa Jawa. Perubahan struktur fonologis dengan penghilangan suku kata pertama atau suku kata terakhir, dapat dibuktikan berdasarkan contoh berikut:
(4)   But neng Wonosobo lagi kandel banget.
Kabut di Wonosobo sedang tebal sekali.
(6),(5)Bro nang Kedu ana rasi.
Bro di Kedu ada operasian.
(7)   Sis nang dalan buntu kae.
Persis di jalan buntu itu.
            Pada data (4) terdapat kata but yang berasal dari kata kabut. Kabut menjadi but, perubahan yang terjadi adalah penghilangan suku kata pertama ka, sehingga menjadi but. Kata bro pada data (6) berasal dari kata brother, perubahan yang terjadi adalah penghilangan suku kata terakhir yaitu ther, sehingga menjadi bro. Pada kata rasi dalam data (5) berasal dari oprasian, perubahan yang terjadi adalah penghilangan suku kata pertama op dan penghilangan suku kata terakhir an. Data (7) terdapat kata sis yang berasal dari kata persis. Persis menjadi sis, perubahan yang terjadi adalah penghilangan suku kata pertama per, sehingga menjadi sis.
3)      Pemindahan vokal
Pada perubahan struktur fonologis bahasa prokem varian bahasa Jawa mengalami pemindahan vokal. Hal ini terlihat dari contoh berikut:
(8)   Wis saip jam 1 malah kon mangkat jam 3
Sudah siap jam 1 malah suruh berangkat jam 3
Pada data (8) terdapat kata saip yang berasal dari kata siap. Siap menjadi saip, perubahan yang terjadi adalah pemindahan vokal /i/ menjadi /a/ yang berada dibelakangnya. Dan /a/ menjadi /i/ yang ada didepannya
4)      Pembalikan suku kata
Perubahan suku kata juga terjadi pada perubahan struktur fonologis bahasa prokem varian bahasa Jawa mengalami pembalikan suku kata. Contohnya sebagai berikut:
(9)    Santo pancen wonge recoboh, armadane nabrak.
 Santo pance orangnya ceroboh, armadane nabrak
(10)Mengko nang Temanggung di erop ya?
      Nanti di Temanggung di oper ya?
Pada data (9) terdapat recoboh yang berasal dari kata ceroboh. Ceroboh menjadi recoboh mengalami pembalikan suku kata antara huruf konsonan /c/ menjadi /r/ huruf vokal /e/ yang tetap dan yang terakhir konsonan /r/ menjadi konsonan /c/. Atau pembalikan suku kata cer menjadi rec . Kata erop pada data (10) yang berasal dari kata oper. Oper menjadi erop mengalami pembalikan kata, op menjadi er dan er menjadi op.
2.      Karakteristik Pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang.
Bahasa prokem memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar dengan bahasa pada umumnya. Bahasa prokem relatif mengacukan bahasa tertentu, pemakaiannya sendiri terbatas pada kelompok tersebut saja
      Menurut Adiwijaya (2008:3) menjelaskan bahwa ada tiga unsur morfologis dalam bahasa prokem.
1.      Kata-kata biasa diberi arti baru
(11),(5) Si ijo lagi rasi neng Temanggung
            Polisi lagi oprasian di Temanggung
(12)Aja lewat Ambarawa ana tangan ireng
Jangan lewat Ambarawa ada cegatan
            Pada data (11) terdapat kata si ijo, ijo dapat mempunyai arti warna. Tetapi di dalam komunitas supir travel Trans Jaya diartikan sebagai polisi. Tangan ireng pada data (12). Tangan ireng mempunyai arti tangan yang hitam. Pada komunitas ini mereka mengartikan cegatan.
2.      Kata-kata jadian
Kata-kata jadian merupakan kata-kata yang dibuat oleh komunitas tertentu, yang hanya diketahui oleh komunitas tersebut. Pada tabel 3 dibawah ini adalah temuan data kata-kata jadian yang ada di komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang.
Tabel 3
Kosakata Prokem
Arti

Piringan
Lamat
Mlaku semut
Kidang mlayu
Coag
Ngecis
Umel-emel
Cusian
Njukan
Sisawela 
Mukiyo

Petewele
Tengikan
Ndahndoh
Pah-poh
Mukalan
Koya
Grogoh
Preketek
Nginumi jaran
Lapendos
Nginuman
Tjne mogok
Tengik
Nyeng-nyeng
Ngerli
Sipopop

Berhenti/istirahat untuk makan
Lampu lalulintas sedang mati
Jalan macet
Jalan sepi dan bisa jalan dengan cepat
Jalannya rusak
Banyak omongannya
Kucel
Berangkat
Sampai
Alamat
Orang yang bicaranya tidak masuk akal
Tidak jadi berangkat
Kecelakaan
Orang yang bodoh
Orang yang suka melamun
Membuat malu
Pembohong
Orang yang tidak jelas
Omong kosong
Mengisi solar (bahan bakar)
Laki-laki penuh dosa
Solar
Mobilnya mogok
Ketabrak
Bego
Jalannya lagi di aspal
Menanyakan keberadaan

3.      Kata-kata baru yang tidak diketahui akarnya.
(20),(22) Aku wis cusian lagi goleti sisawela
               Aku sudah berangkat lagi mencari alamat  
(29),(23),(28) Santo pancen koya banget, mukiyo mukalan supir liyane
Santo memang pembohong, ngomongnya tidak masuk akal memalukan supir lainnya
(25),(24) Gara-gara armadane tengikan dadi aku petewele
               Gara-gara armadanya kecelakaan jadi aku tidak jadi berangkat
Pada data (20), (23), (24), (25), (28), (29) terdapat kata cusian, sisawela, mukiyo, petewele,tengikan, mukalan, koya. Semua kata tersebut tidak bisa diketahui asal-usulnya, dan tidak diketahui akarnya.
3.      Fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang.
Bahasa prokem yang merupakan salah satu variasi bahasa juga memiliki fungsi tersendiri bagi kehidupan setiap individu. Ermi (dalam Setyawan 2009:24) memaparkan bahwa ada beberapa fungsi yang mendasar dari bahasa prokem adalah sebagai berikut.
1.      Mengekspresikan dari kedekatan hubungan
Prokem lebih menekankan pada hubungan nggota penggunannya, berbeda dengan anggota kelompok lain, hal ini akan menyebabkan keakraban diantara anggota kelompok.
Supir trans Jaya menggunakan bahasa prokem dengan tujuan untuk mempererat kedekatan diantara supir-supir lainnya.
2.      Mengekspresikan solidaritas kelompok
Prokem digunakan sebagai wujud ungkapan kesetiakawanan dan keterikatan antara anggota komunitas. Terbukti supir travel dari agen travel lainnya, dan penumpangnnya tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan.
3.      Kebutuhan mengalihkan topik pembicaraan
Prokem yang hanya dipahami oleh sebuah komunitas mampu mengalihkan pembicaraan yang dianggap membosankan.
4.      Menunjukan rasa humor
Prokem yang dianggap tidak dimengerti orang lain bisa digunakan untuk melakukan percakapan lucu yang menyinggung orang lain.
5.      Menunjukan identitas kelompok
Prokem sebagai bahasa yang dikembangkan oleh kelompok merupakan identitas dari kelompok tertentu yang berbeda dengan kelompok lainnya.
6.      Kesenangan
Prokem sebagai bahasa yang tidak dimengerti menjadi lucu menjadikan penggunaanya senang dalam penggunaannya.
7.      Menunjukan keakraban atau keintiman
Orang juga menggunakan bahasa prokem untuk menambah kedekatan dengan orang lain terutama didalam sebuah kelompok.
















BAB V
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bahasa prokem di komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan bentuk bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang dalam struktur fonologis. Perubahan Struktur Fonologis bahasa prokem yang diteliti dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Penggantian vokal,
b.      Penghilangan suku kata pertama,
c.       Pemindahan vokal,
d.      Pembalikan suku kata.
2.      Berdasarkan karakteristik Pembentukan bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto – Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Kata-katanya bisa diberi arti baru
b.      Kata-katanya merupakan kata-kata jadian
c.       Terdapat kata-kata baru yang tidak diketahui akarnya.
3.      Berdasarkan fungsi bahasa prokem komunitas supir travel Trans Jaya jurusan Purwokerto-Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Mengekspresikan dari kedekatan hubungan
b.      Mengekspresikan solidaritas kelompok
c.       Kebutuhan mengalihkan topik pembicaraan
d.      Menunjukan rasa humor
e.       Menunjukan identitas kelompok
f.       Kesenangan
g.      Menunjukan keakraban atau keintiman


B.     Keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa keterbatasan pada saat melakukan proses pengambilan data di lapangan. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tidak semua kosa kata dalam bahasa prokem dapat diidentifikasikan berdasarkan perubahan struktur fonologisnya, dan proses pembentukan kata secara morfologis.
2.      Adanya keterbatasan kemampuan dan waktu pada saat penelitian.
3.      Masih banyak kosa kata yang tidak dapat diikut sertakan peneliti, karena banyaknya kosa kata bahasa prokem di komunitas supir travel Trans Jaya.
C.    Saran  
1.      Bagi pembaca, penelitian tentang bahasa prokem ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai bahasa prokem. Bahwa bahasa prokem merupakan salah satu varian bahasa gaul yang dipake oleh komunitas tertentu. Oleh karena itu pembaca dapat memberi interpretasi yang lebih kreatif dan menciptakan lebih banyak lagi kosakata dalam bahasa prokem.
2.      Bagi peneliti, penelitian tentang bahasa prokem pada komunitas supir travel Trans Jaya ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Masih banyak masalah-masalah yang belum diteliti. Misalnya batasan waktu bahasa prokem digunakan, dan faktor-faktor lain mengenai bahasa prokem. Selai itu, selain itu dapat pula dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sebab banyak komunitas-komunitas lain yang menggunakan bahasa prokem.



0 Responses

Posting Komentar