Kosmologi dan Kosmogoni
Novel Ratu Mahadanta
Anggitan Ahmad Syukur
1.1
Ratu Mahadanta
Tercererita
jaman dahulu yang berada di hutan antah brantah hidupla seorang Ratu yang
dinamakan Ratu Mahadanta.dalam novel disebutkan kutipan sebagai berikut:
Kocapa ing jaman kuna ana alas gung
liwang-liwung, jenenge alas Bahuwreksa. Ing tengahing alas kono ana wite
waringin gedhe banget. Wit waringin kuwi dienggoni kethek, cacahe kira-kira
telungatusn. Sing dadi ratu, kethek bangkokan, jenenge Mahadanta. Olehe dipilih
dadi ratu kuwei ora kok mung jalaran saka gedhene lan karosane, ananging uga
jalaran saka kapinterane. Mahadanta kuwi sawijining kethek kang wis putus ing
sawarnaning sastra. Saking pintere lan saking sasrane, mulane Mahadanta kuwi
ora mung pinter ngrembug ruwet rentenging praja ananging dalah sesorah utawa
pidhato pinter banget. Yen sesorah swarane kaya gludhug, yen mbeker, sanadyan
macan utawa singa pisan ya padha miris. Mulane ya wis pantes Mahadanta daidi
ratuning palwaga. (halaman 8)
Dalam novel
lain yang terkenal yaitu Ramayana juga diceritakan salah satu kera yang sangat
pintar yaitu anaoman. Lakon Anoman Duta/ Anoman Obong ini menceritakan
perjalanan Raden Anoman atau Senggana yang diutus Prabu Ramawijaya raja di
negara Pancawati, untuk mencari Rekyan Wara Sinta yang kabarnya diculik oleh
Prabu Dasamuka atau Rahwana raja di negara Alengka untuk digarwa/dijadikan
isteri.
Kepergian
Anoman menuju Alengka ditemani oleh para Punakawan, yaitu Semar, Gareng,
Petruk, dan Bagong. Ketika Anoman akan menuju Alengka, perjalanannya dihadang
oleh samudra yang amat luas. Anoman lalu dibantu oleh Gunung Maenaka (salah
satu kadang Bayu), dengan cara dilempar sampai negara Alengka.
Ketika baru
menginjak tanah, ia merasakan ada sesuatu yang menyedotnya dari dalam laut, ia
pun tertarik sampai kedalam laut. Ternyata Anoman dan para Punakawan disedot
oleh Ditya Wil Kathaksini lalu ditelan kedalam perut raksasa prajurit Alengka
itu. Perut raksasa itu lalu disobek-sobek dari dalam oleh Anoman menggunakan
Kuku Waja (ada juga dalang yang menyebutnya Kuku Pancanaka). Ditya Wil
Kathaksini pun mati, dan mereka melanjutkan perjalanan.
Sesudah Anoman
dan para Punakawan sampai di perbatasan negara Alengka, mereka merasa sangat
lapar, lalu mereka bersama-sama mencari warung. Setelah sekian waktu mereka
mencari warung, akhirnya mereka melihat ada satu-satunya warung yang ada
disitu. Warung itu menjual berbagai makanan, minuman dan buah-buahan segar dan
juga penjual yang sangat cantik. Mereka lalu menghilangkan rasa lapar disitu,
mereka makan dan minum sepuasnya.
Anoman merasa
tergoda oleh kecantikan wanita itu, hingga mereka sampai-sampai melakukan
hubungan badan. Karena sudah merasa cukup bersenang-senang akhirnya mereka
memutuskan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan menuju Alengka. Akn tetapi,
belum jauh mereka meninggalkan tempat itu, Anoman dan para Punakawan
penglihatannya menjadi memburuk.
Dikarenakan
wanita yang menjual makanan tadi ternyata adalah selir Prabu Dasamuka yang
bernama Dewi Sayempraba, yang memang diutus Prabu Dasamuka untuk menghalangi
duta yang diutus Prabu Ramawijaya. Rupanya makanan yang dimakan oleh Anoman dan
para Punakawan sudah dicampur dengan racun yang bisa membuat buta orang yang
memakannya. Akan tetapi, mereka akan tetap melanjutkan perjalanan walaupun tidak
dapat melihat dan menahan rasa sakit yang amat sangat.
Diceritakan
ditengah jalan, Anoman dan para Punakawan bertemu dengan Garuda Sempati,
saudara Garuda Jatayu. Garuda Sempati bercerita kepada Anoman bawa Garuda
Jatayu mati dibunuh oleh Prabu Dasamuka ketika akan menolong Dewi Sinta yang
diculik Prabu Dasamuka. Garuda terkena sabetan Pedang Menthawa pada kedua
sayapnya dan lehernya hingga jatuh ke bumi dan mati.
Setelah Garuda
Jatayu mati, Dewi Sinta dibawa oleh Dasamuka ke Alengka, dan ditempatkan di
Taman Argasoka (Asoka) yang dijaga oleh para prajurit Alengka yang berwujud
raksasa.
Anoman dan para Punakawan lalu
diobati oleh Garuda Sempati menggunakan air liur dari paruhnya sehingga dapat
melihat kembali. Sesudah istirahat sesaat, mereka berterima kasih kepada Garuda
Sempati dan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan menuju negara Alengka.
Perjalanan
Anoman kini melewati jalan yang sangat halus bagaikan karpet. Tetapi, jalan
yang halus tadi ternyata bukan jalan yang sewajarnya. Tapi ternyata jalan itu
lidah dari Ditya Ilatmeja atau Wil Kathaksa yang memang dipasang sehingga
Anoman tidak menyadari sudah sampai dalam mulutnya. Ketika sudah sampai didalam
perut Ditya Ilatmeja, Anoman baru menyadari bahwa dirinya sudah ada dalam perut
raksasa. Sekali lagi Anoman menggunakan Kuku Waja (ada yang mengatakan Kuku
Pancanaka) untuk membedak perut raksasa. Kali ini giliran Ditya Ilatmeja yang
harus mati karena perutnya jebol setelah sebelumnya Ditya Wil Kataksini mati
dengan cara yang sama.
Anoman kemudian
menceriterakan semua kejadian yang dialami, khususnya pertemuan dengan Dewi
Sinta.Kepada Rama, Anoman menyerahkan titipan Dewi Sinta berupa sisir yang
sudah lama tidak dipakainya. Dewi Sinta tidak akan pergi dari Alengka kalau
yang menjemput bukan Prabu Rama sendiri. Sehingga ajakan Anoman untuk memboyong
Dewi Sintapun ditolak olehnya. Prabu Rama bersedih hati mendengar laporan
Anoman, ia terharu mengetahui Dewi Sinta istrinya selalu setya padanya. Prabu
Rama berjanji akan segera menyusul Dewi Sinta ke Alengka, untuk memboyongnya
pulang kenegeri Ayodya.
Prabu Rama
segera bersiap-siap menggelar perang melawan Prabu Dasamuka.Prabu Dasamuka
nantinya hanya ada dua pilihan, memilih dengan cara damai yaitu Prabu Dasamuka
mengembalikan Dewi Sinta kepada Prabu Rama, ataukah dengan perang.
Untuk membawa
pasukan ke negeri Alengka, Prabu Rama merenca nakan membuat jembatan atau
menambak air laut sehingga di laut ada jalan yang bisa dilewati pasukan Prabu
Rama, mulai dari Pantai Pancawati ke daratan Alengka
2.1 Latar Belakang Pengarang
Pengaran
Novel Ratu Mahadanta ingin menceritakan tentang jaman dulu di alas Bahuwerksa.
Disana terdapat Ratu yang bernama Ratu Mahadanta. Didalam novel tersebut juga
menceritakan tentang beberapa juru. Juru-juru tersebut ditugaskan untuk
membantu Ratu Mahadanta. Juru-juru tersebut adalah:
1. Juru
Boga. Kera yang berkewajiban untuk mencari makanan kemudian diserahkan kepada
juru boga agar diolah dan dimasak kemudian jika makanan tersebut sudah jadi
dibagikan kepada kera-kera yang lain. Yang dapat paling awal dan paling
istimewa adalah Ratu Mahadanta.
2. Juru
Baya. Juru baya bertugas untuk menjaga keselamatan bisa disamakan dengan polisi
dan prajurit. Juru baya bertugas ketika ada kera yang bertengkar dengan sesama
kera. Maka tugas dari juru baya adalah untuk memisahkannya. Jika ada kera yang
melanggar peraturan maka juru baya yang menghukum.
3. Juru
Usada. Tugas dari juru usada adalah untuk memeriksa dan mengobati kera yang
sakit. Juru baya akan menyuruh kera untuk menjaga kesehatan dan kebersihan supaya
tidak gampang sakit.
4. Juru
Susila. Berkewajiban ntuk mengajarkan sopan santun kepada sesama keranya. Semua
kera yang sudah lebih dari 6 bulan, maka diwajibkan untuk belajar bersama juru
Susila.
2.2 Ideologi pengarang
Pengarang
ini ingin menceritakan tentang suatu kerajaan kera yang hidup pada jaman
dahulu. Dengan raja yang berna Ratu Mahadanta. Penggunaan bahasanya juga banyak
ditemukan bahasa-bahasa kawi. Hal tersebut dapat ditemukan dalam kutipan
sebagai berikut:
Kocapa ing sawijining dina, juru Susila
pinuju mlaku-mlaku, golek ilham supaya bisa ngajokake kasusilan lan kapinteran
para kethek. Saking ketungkule olehe golek ilham, nganti ora krasa yen lakune
wis ngelawi tepis-irining Wanaraja. Diceluki dening kethek sing jaga tapel
wates, ora krungu. Ing kono Juru susila banjur kepethuk karo macan gembong kang
lagi saba golek pangan. (halaman 67)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar